Selain Rupiah, Mata Uang dari Negara-negara Ini Juga Anjlok
https://www.naviri.org/2016/04/Yuki-Maeda-page-1.html
Naviri Magazine - Salah satu isu penting di Indonesia saat ini adalah melemahnya rupiah di hadapan dollar AS. Karena melemahnya nilai rupiah, seiring meningkatnya nilai dollar, dikhawatirkan akan membuat harga-harga barang naik secara signifikan. Namun, yang mengalami pelemahan mata uang terhadap dollar bukan hanya rupiah.
Dikutip dari Associated Press, mata uang rupee juga India merosot ke level terendah. Rontoknya mata uang negara-negara berkembang dipicu kekhawatiran terkait krisis keuangan di Argentina dan Turki.
Selain itu, pelemahan nilai tukar juga didorong kekhawatiran terkait rencana Presiden AS, Donald Trump, yang akan menerapkan tarif impor lanjutan dengan total nilai 200 miliar dollar AS terhadap produk-produk impor dari China.
Investor valas ramai-ramai melepas mata uang negara-negara berkembang, setelah mata uang peso Argentina terpukul akibat kekhawatiran krisis ekonomi.
Mata uang peso Argentina menyentuh rekor terendah hingga hampir ke level 40, meski bank sentral sudah menaikkan suku bunga acuan menjadi 60 persen. Sejak awal tahun ini, nilai tukar peso sudah anjlok 53 persen, sejalan dengan krisis keuangan yang dihadapi pemerintahan Presiden Mauricio Macri.
Adapun mata uang lira Turki terus menghadapi aksi jual besar-besaran, setelah seorang deputi gubernur bank sentral Turki mengundurkan diri, dan ekonomi negara tersebut hampir masuk ke jurang resesi. Lira juga kehilangan separuh dari nilainya sepanjang tahun ini.
Mata uang rupee India juga anjlok ke level 71 terhadap dollar AS. Sepanjang tahun ini, rupee telah melemah 10 persen terhadap dollar AS.
Sementara itu, rupiah sempat menyentuh level Rp 15.000 per dollar AS. Rupiah pernah menyentuh level ini pada saat krisis keuangan Asia tahun 1998 silam.
"Dampak dari gejolak karena (pelemahan) peso Argentina dan lira Turki telah memberatkan mata uang negara-negara berkembang lainnya," kata Ken Cheung dari Mizuho Bank.