Amerika di Bawah Ancaman Teror Surat Beracun Mematikan
https://www.naviri.org/2016/04/Shuri-Atomi_8.html
Naviri Magazine - Teror bisa dilancarkan dalam berbagai bentuk, dari yang kasar sampai yang halus. Teror dalam bentuk kasar misalnya pengeboman gedung WTC di Amerika yang pernah menggegerkan dunia, sekian tahun yang lalu. Sementara teror dalam bentuk halus bisa berupa penyebaran virus, penyakit, sampai racun mematikan.
Belakangan, pemerintah Amerika sedang waswas terkait munculnya ancaman teror dalam bentuk surat yang mengandung racun mematikan.
Kiriman surat yang diduga mengandung racun berbahaya itu dikirim ke otoritas pertahanan Amerika Serikat, Pentagon, pada Selasa (2/10/208) waktu setempat. Surat itu dialamatkan kepada Presiden Donald J. Trump, Menteri Pertahanan Jim Mattis, dan kepala Angkatan Laut Laksamana John Richardson.
New York Times melaporkan, barang mencurigakan tersebut diterima Pentagon pada Minggu (30/9/2018) waktu setempat. Setelah diperiksa, surat-surat kemudian diserahkan kepada Biro Federal Investigasi AS atau FBI pada Selasa, untuk diselidiki lebih lanjut.
Surat belum sempat sampai ke tangan Trump, kata juru bicara Gedung Putih, Sarah Huckabee Sanders. Surat bahkan belum sampai ke bagian gedung utama Pentagon, sebab departemen urusan pengiriman ada di bagian bawah tanah.
Baik Gedung Putih maupun Pentagon tidak memberikan detail terkait racun. Media mengasumsikannya sebagai risin, produk olahan dari biji pohon jarak (Ricinus communis) yang memang sering dipakai dalam upaya pembunuhan elite politik.
Sehari selanjutnya, Rabu (3/1/2018), diketahui bahwa isi surat bukan risin, melainkan biji pohon Jarak. Di hari yang sama, FBI mengamankan seorang veteran Angkatan Laut AS yang diduga sebagai pengirim surat. Namanya William Clyde Allen III. Ia ditangkap di rumahnya di Logan, Utah.
Penyelidikan lebih lanjut sedang berjalan. Sementara itu, publik AS belum lupa bagaimana upaya melukai politisi level negara bagian hingga yang nasional juga pernah dilancarkan pelaku lain dengan memakai metode yang sama. Yaitu menggunakan racun mematikan.
Daya mematikan risin sebagai racun mematikan, membuat zat ini beberapa kali dikirim dalam bentuk paket atau surat kepada politisi elite, terutama di AS, dalam sebuah percobaan pembunuhan.
Pada awal Februari 2004, Evening Standard melaporkan ada sebuah paket berisi risin yang dikirim untuk Presiden George W. Bush. Kasusnya sebenarnya terjadi pada November 2003. Dalam lima bulan sebelumnya, paket serupa juga dikirimkan untuk beberapa elite politisi AS, terutama dari Partai Republikan.
Pada tahun 2011, FBI menangkap empat laki-laki di negara bagian Georgia yang dituduh merencanakan pembunuhan terhadap beberapa politisi, pesohor media, dan warga sipil AS. Mereka membentuk kelompok milisi, dan aksi teror mereka tujukan untuk “menyelamatkan negeri”.
Guardian melaporkan bahwa salah satu tersangka, Samuel J. Crump, merencanakan akan membuat sekitar 4,5 kilogram risin, lalu menyebarkannya ke beberapa kota besar di Amerika. Mereka akan menyebarkannya di langit Washington D.C. memakai pesawat, sambil kemungkinan menjatuhkan bahan peledak ke para target.
Presiden Barack Obama tak luput dari ancaman risin. Surat beracun risin dikirim ke Gedung Putih pada 17 April 2013. Sehari sebelumnya, surat beracun risin turut terdeteksi oleh otoritas Washington D.C. sebelum sampai ke tangan Senator Roger Wicker.
Sebulan setelahnya, Obama kembali mendapat surat mengandung risin. Ia tak sendirian. Beberapa politisi elite lain turut jadi target. Salah satunya adalah Walikota New York, Michael Bloomberg. Arsip USA Today menyebutkan pelakunya adalah aktris televisi Shannon Ricardson.
Shannon awalnya melapor ke polisi bahwa suaminya, Nathan Richardson, mengirim surat risin ke beberapa politisi. Nathan kemudian memberi tahu polisi bahwa Shannon menjebaknya. Investigasi lanjutan mengonfirmasi pembelaan Nathan. Shannon memang pelaku di balik pengiriman surat ancaman tersebut.
Shannon ditangkap pada 7 Juni 2013. Sehari sebelumnya ia sudah memberi pengakuan, dan mengulangnya di depan hakim pengadilan. Pada 10 Desember 2013, ia dinyatakan bersalah dan diancam kurungan penjara selama 18 tahun.
Para politisi tersebut adalah contoh target yang selamat. Sejarah mencatat risin pernah beberapa kali membunuh korban, yang rata-rata hasil konspirasi tingkat tinggi. Salah satunya adalah Georgi Markov, salah satu korban pembunuhan berencana yang diduga didalangi oleh pemerintah Rusia.
Markov adalah penulis yang amat kritis terhadap rezim komunis Bulgaria, negara kelahirannya. Pada awal 1970-an, posisinya kian terancam, sehingga memutuskan untuk pindah ke Inggris.
Pada 7 September 1978, Markov sedang berjalan di Jembatan Waterloo, London. Pagi itu ia seperti biasa berjalan menuju halte bus untuk perjalanan menuju tempat kerjanya di BBC.
Tiba-tiba ia merasa sengatan di kaki kanannya, seperti digigit serangga. Saat menoleh ke belakang, ia melihat seorang laki-laki mengambil payung yang tergeletak di jalan. Markov rubuh, lalu dibawa ke rumah sakit.
Kondisi Markov bukannya mengalami perbaikan, tetapi justru makin kritis. Risin di dalam tubuhnya menggerogoti sistem pencernaan dengan amat efektif. Pada tanggal 11 September 1978, tiga hari usai insiden itu, Markov meninggal dunia.
Hasil investigasi kepolisian, merujuk laporan Guardian, menyatakan bahwa laki-laki pemegang payung adalah pelaku penembakan racun terhadap Markov. Payungnya sudah dimodifikasi untuk sekaligus berfungsi sebagai senjata yang berisi peluru yang mengandung racun risin.
Ia diduga sebagai polisi rahasia Bulgaria yang dimintai bantuan oleh badan intelijen Soviet, KGB. Tugasnya tak lain adalah untuk melenyapkan Markov—penulis yang dianggap berbahaya, sebab terlalu kritis kepada rezim Komunis Moskow.