Ngeri, Sebagian Wilayah Jakarta Akan Tenggelam ke Laut
https://www.naviri.org/2016/04/Ovi-Sovianti-page-3.html
Naviri Magazine - Sebagian wilayah memiliki permukaan tanah yang lebih tinggi dari permukaan laut, ada pula yang permukaan tanahnya agak rendah, sehingga dekat dengan permukaan laut. Sebenarnya, hal itu belum menjadi masalah. Masalah baru terjadi ketika permukaan laut semakin naik, sementara permukaan tanah di dekatnya semakin turun.
Ibu kota Indonesia, Jakarta, merupakan salah satu kota terbesar di dunia, namun juga merupakan kota yang paling cepat mengalami penurunan muka tanah dibanding kota-kota besar lainnya. Wilayahnya terletak di dataran aluvial (daerah endapan) rendah dan datar, dengan ketinggian rata-rata hanya 8 meter di atas perrmukaan laut.
Sebagian besar tanah di wilayah ini masih berupa daerah berawa, karena dilewati oleh 13 sungai. BBC menulis, kota yang merupakan rumah bagi hampir 30 juta orang itu telah mengalami penurunan tanah sedalam 4 meter.
Jakarta tenggelam dengan rerata 1 sampai 15 sentimeter per tahun. Keadaan ini membuat hampir separuh kota berada di bawah permukaan laut. Wilayah Jakarta Utara terdampak paling parah. Kawasan ini mengalami penurunan sedalam 2,5 meter dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, dan terus tenggelam sedalam 2,5 sentimeter per tahun di beberapa bagian.
Angka penurunan ini lebih banyak dua kali lipat dibanding rerata penurunan muka tanah di kota pesisir besar lain di seluruh dunia. Jika hal ini terus berlanjut, maka pada tahun 2050, sekitar 95 persen wilayah Jakarta Utara akan tenggelam di bawah permukaan laut.
Penyebab penurunan tanah
National Aeronautics and Space Administration (NASA) telah melacak permukaan laut melalui satelit sejak tahun 1993. Lembaga ini mendeteksi total kenaikan permukaan air laut sekitar 85 milimeter, atau naik 3,2 milimeter setiap tahun.
Melansir laman resmi NASA, kenaikan permukaan air laut terutama disebabkan oleh dua faktor. Pertama adalah penambahan volume air, karena melelehnya gletser dan lapisan es kutub. Kedua, penambahan air laut ketika cuaca menghangat.
Volume air laut yang menghangat tidak sepadat ketika dingin, sehingga menyumbang terhadap peningkatan level permukaan air. Keadaan ini diperparah dengan banjir yang selalu melanda, yang dikhawatirkan akan menjadi salah satu faktor pendukung tenggelamnya permukaan tanah Jakarta.
Penyebab lain turunnya permukaan tanah di Jakarta, karena kurangnya akses ke pasokan air bersih. Air ledeng tidak dapat diandalkan di beberapa wilayah, sehingga masyarakat tidak memiliki pilihan lain selain mengambil air tanah.
Air tanah dipompa dari lapisan tanah yang mengandung air atau akuifer yang dalam, sementara kekosongan air di dalamnya diisi oleh air hujan. Masalah ini juga diperparah dengan kelonggaran bagi warga untuk membangun sumur sesuka hati.
Masyarakat juga memiliki akses tak terbatas untuk mengambil air dari akuifer, karena tidak ada peraturan yang membatasi. Efeknya, tanah di bawah kota memadat kemudian mengalami penurunan.
Selain masalah air, penurunan tanah di Jakarta juga disebabkan oleh tekanan yang diberikan. Masifnya pembangunan di permukaan dikarenakan banyaknya permintaan properti juga semakin memperparah keadaan. Untuk mengatasi permasalahan ini, di beberapa bagian kota, tembok tinggi dibangun untuk mencegah abrasi dan masuknya air laut ke rumah-rumah penduduk.
Cara ini mungkin bisa mengurangi banjir, namun Jakarta membutuhkan solusi lebih yang mempertimbangkan semua faktor penyebab. Kota ini membutuhkan suntikan bantuan modal untuk memodernisasi infrastruktur, khususnya dalam menyediakan pasokan air bersih yang dapat diandalkan dan berkelanjutan bagi penduduknya.