Panduan Menghindari Bayi Lahir Cacat
https://www.naviri.org/2016/02/panduan-menghindari-bayi-lahir-cacat.html
Naviri.Org - Setiap ibu hamil tentu menginginkan melahirkan bayi yang sehat dengan selamat. Untuk tujuan itu, ibu hamil harus senantiasa memperhatikan kesehatan diri dan kandungannya, karena kehamilan yang sehat dapat diharapkan menghasilkan bayi yang sama sehat.
Yang paling ditakuti oleh ibu hamil tentu melahirkan bayi yang lahir cacat. Namun, Anda tidak perlu terlalu mengkhawatirkannya, karena Anda bisa mencegah dan menghindarinya dengan mengingat-ingat hal-hal berikut.
Perhatikan konsumsi obat Anda
Selama kehamilan, hindari mengkonsumsi obat tanpa sepengetahuan dokter. Ada kalanya, ibu hamil merasa lelah dan stres selama hamil, dan kemudian memutuskan untuk mengkonsumsi obat penenang.
Meski mungkin obat penenang yang dikonsumsi tersebut memang dapat mengatasi stres yang dirasakan, namun pemakaian obat itu juga dapat membahayakan janin—terutama jika sering dikonsumsi pada minggu kelima atau ketujuh masa kehamilan.
Selain obat penenang, faktor lain yang juga dikhawatirkan dalam hal ini adalah penyinaran rontgen yang berlebihan. Akibat yang biasanya ditimbulkan dari hal ini adalah gangguan terhadap gerakan-gerakan motorik si calon bayi. Semakin banyak atau semakin sering penyinaran rontgen, semakin besar pula dampak yang ditimbulkannya.
Hindari ketegangan emosional
Ketika usia kehamilan semakin beranjak tua, tingkat ketegangan emosional biasanya ikut meninggi. Meskipun hal ini bisa dibilang sulit dihindarkan, namun usahakanlah untuk dapat mengatasi atau menghindarinya. Upaya untuk melakukan hal itu bisa dengan menjalin komunikasi yang baik dengan pasangan serta keluarga, meluangkan waktu untuk bersantai, dan hal-hal lain yang dapat Anda lakukan untuk menghindari ketegangan emosional.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Thomas O’Connor di Institute of Psychiatry, London, didapat kesimpulan bahwa ketegangan emosional selama hamil dapat menjadikan bayi lahir dengan berat badan kurang, dan pada perkembangannya kelak si anak mengalami gangguan sulit makan.
Ketegangan selama kehamilan juga dapat menyebabkan hal lain. Jika ketegangan itu terjadi pada bulan pertama kehamilan, maka anak yang terlahir cenderung mengalami gangguan mental (down syndrome), sedangkan jika ketegangan emosi terjadi pada bulan kedua kehamilan cenderung menjadikan anak terlahir dengan membawa gangguan terlalu pasif (kurang inisiatif dan cenderung apatis).
Selain itu, penelitian yang melibatkan 7000 ibu hamil tersebut memperlihatkan bahwa ibu hamil yang mengalami stres memiliki dampak sebanyak 15 persen terhadap perkembangan anak, dimana si anak tumbuh menjadi sosok yang hiperaktif.
Hindari kepercayaan takhayul
Di dalam kehidupan masyarakat tradisional masih tumbuh berbagai macam takhayul, termasuk takhayul selama kehamilan. Kepercayaan-kepercayaan yang bersifat takhayul itu kadang sampai diyakini sungguh-sungguh oleh ibu hamil, sehingga kadang justru mengganggu.
Misalnya, ada kepercayaan yang menyatakan bahwa jika suami membunuh hewan tertentu selama istrinya sedang hamil, maka anak yang kelak dilahirkan akan mirip dengan hewan yang dibunuh itu. Tentu saja itu tidak benar. Karenanya, jika kebetulan suami Anda terpaksa atau tanpa sengaja membunuh hewan tertentu selagi Anda hamil, sebaiknya tidak usah dipercaya macam-macam, tapi lupakan saja.
Apabila Anda terus-menerus mengingatnya, maka diri Anda sendirilah yang kemudian menciptakan kebenaran takhayul itu. Penelitian yang pernah dilakukan di Belanda menyebutkan bahwa ketika ibu hamil sangat mempercayai suatu takhayul, maka hal tersebut akan mempengaruhi ketidakstabilan hormon, yang akan merembet kepada perubahan psikis. Pada akhirnya, hal itu akan ikut mempengaruhi janin yang dikandungnya.
Begitu pula dengan takhayul-takhayul lain. Meski Anda tidak perlu secara sengaja melanggar kepercayaan takhayul tersebut, namun sebaiknya Anda tidak perlu terlalu merisaukannya.
Terimalah keberadaan janin Anda
Ini lebih bersifat psikologis—bahwa apabila Anda menerima kehadiran janin Anda dengan senang hati, maka kesehatan dan pertumbuhan janin itu pun akan mengarah pada kondisi yang positif. Sebaliknya, sikap penolakan atas kehadiran janin dalam kandungan Anda akan cenderung mendatangkan kecacatan sikap dan perilaku si anak, kelak ketika telah dilahirkan dan tumbuh besar.
Penelitian yang dilakukan di Jerman maupun di Amerika telah membutkikan hal tersebut. Bahwa apabila ibu hamil menyukai keberadaan janinnya dan menikmati masa kehamilannya, maka perasaan itu akan terbawa sampai si anak dilahirkan, sekaligus menumbuhkan perasaan yang sama pada diri si anak. Begitu pula jika sebaliknya.
Karenanya, selalu usahakan untuk menyukai masa kehamilan Anda, menikmatinya dengan perasaan bahagia, dan syukurilah keberadaan janin yang ada di dalam kandungan Anda.