Panduan Memahami Perdarahan saat Hamil
https://www.naviri.org/2016/02/panduan-memahami-perdarahan-saat-hamil.html
Naviri.Org - Tidak sedikit ibu hamil yang mengalami perdarahan. Kondisi tersebut bisa terjadi pada awal masa kehamilan (trimester pertama), tengah semester (trimester kedua) atau bisa pula pada masa kehamilan tua (trimester ketiga). Perdarahan pada kehamilan merupakan kondisi yang tidak normal, sehingga harus diwaspadai.
Perdarahan pada ibu hamil dapat terjadi karena beberapa hal, dan setiap kasus muncul dalam fase tertentu. Ibu hamil yang mengalami perdarahan perlu segera diperiksa untuk diketahui penyebabnya, agar dapat segera dilakukan solusi medis yang tepat untuk menyelamatkan kehamilan.
Dalam hal terjadinya perdarahan, kadang kehamilan dapat diselamatkan, namun kadang pula gagal. Pemeriksaan untuk kasus tersebut meliputi pemeriksaan kandungan disertai dengan pengajuan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan terjadinya perdarahan. Jika diperlukan, maka dilakukan pula pemeriksaan penunjang seperti ultrasonografi (USG) dan pemeriksaan laboratorium.
Perdarahan di Trimester Awal
Berikut ini beberapa penyebab terjadinya perdarahan pada usia kehamilan trimester pertama.
Abortus
Abortus atau keguguran memiliki beberapa tahapan:
Abortus iminens: Terjadinya perdarahan dari rahim pada tahap awal, dimana embrio masih utuh dalam rahim. Pada umumnya, perdarahan pada tahap ini hanya sedikit atau agak banyak, tetapi tidak disertai rasa mulas. Pada abortus iminens ini harus dipastikan apakah janin masih dapat berkembang atau tidak, dengan melakukan pemeriksaan USG berulang kali. Sebagian kasus abortus iminens masih dapat dipertahankan kehamilannya.
Abortus insipiens: Pada tahap ini embrio masih utuh dalam rahim, namun sudah terjadi pembukaan dalam rahim. Biasanya muncul perdarahan lebih banyak, dan timbul rasa mulas.
Abortus inkomplit: Pada tahap ini sudah terjadi pengeluaran hasil konsepsi, namun masih ada sisa yang tertinggal di dalam rahim. Umumnya, perdarahan yang terjadi sangat banyak hingga dapat menimbulkan shock.
Abortus komplitus: Pada tahap ini semua hasil konsepsi sudah keluar dari rahim. Perdarahan berkurang hingga jadi lebih sedikit, dan mulut rahim sudah menutup kembali. Wanita yang mengalami abortus harus menjalani kuretase untuk membersihkan sisa-sisa perdarahan di dalam rahim.
Blighted ovum
Yaitu kondisi kehamilan yang tidak berkembang. Di dalam rahim hanya terdapat kantong kehamilan, namun tidak ada embrio, sehingga akhirnya akan berujung pada keguguran. Kasus blighted ovum ini harus diselesaikan dengan tindakan kuretase.
Mola hidatidosa
Kondisi ini biasanya lebih dikenal dengan istilah “hamil anggur”, yaitu kehamilan yang tidak normal, dimana pada perkembangannya bagian janin atau plasenta berubah sifat menjadi tumor yang berbentuk keguguran. Wanita yang mengalami kondisi ini juga harus dikuret.
Kehamilan di luar kandungan
Kondisi ini terjadi karena konsepsi atau pembuahan terletak di luar rongga rahim, misalnya di saluran telur (tuba), ovarium, atau rongga perut. Kehamilan di luar kandungan ini menimbulkan perdarahan dalam perut, dan dapat menimbulkan shock.
Plasenta previa
Merupakan kehamilan dengan letak plasenta berada di bawah menutupi jalan lahir, sehingga menimbulkan perdarahan jika terjadi kontraksi. Apabila perdarahan pada kasus ini tidak terlalu banyak, ibu hamil dapat dirawat, dan masih terbuka peluang untuk melanjutkan kehamilan hingga cukup bulan. Namun, apabila perdarahan yang terjadi dalam kasus ini banyak sekali, maka terpaksa harus dilakukan operasi caesar dengan konsekuensi bayi lahir prematur.
Masalah pada mulut rahim
Penyakit atau kelainan mulut rahim bisa berupa polip serviks, atau mungkin menderita kanker serviks, meski kehamilannya sendiri dalam kondisi normal.
Perdarahan di Trimester Akhir
Uraian di atas adalah kasus-kasus perdarahan yang biasa terjadi pada awal kehamilan atau trimester awal. Berikut ini adalah kasus perdarahan yang biasanya terjadi pada trimester kedua, atau akhir usia kehamilan (trimester ketiga).
Plasenta previa
Ini merupakan kondisi dimana letak plasenta yang rendah, dan dapat berlanjut hingga sampai trimester ketiga.
Solusi plasenta
Merupakan kondisi terlepasnya sebagian plasenta sebelum bayi lahir, dan biasanya disebabkan karena ibu hamil menderita hipertensi, pre-eklampsia, kekurangan asam folat, atau terjadi trauma (benturan). Apabila kasus ini terjadi dan bayi masih hidup, maka harus segera dilakukan operasi caesar. Namun jika bayi sudah meninggal, maka akan dicoba dengan persalinan normal dengan pengawasan medis yang ketat.
Baca juga: Tips Mengetahui Kehamilan Risiko Tinggi