Memahami Manfaat Tidur
https://www.naviri.org/2016/02/memahami-manfaat-tidur.html
Naviri.Org - Rekor tidak tidur paling lama terjadi pada 1963, ketika Randy Gardner, seorang remaja California, Amerika Serikat, tidak tidur selama 264 jam atau 11 hari nonstop. Selama tidak tidur berhari-hari, Randy Gardner dipantau oleh sekelompok dokter. William Dement, seorang peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Stanford, California, AS, menyatakan bahwa mood Randy Gardner terus berubah, memori dan konsentrasinya hilang, koordinasi dan kemampuan bicaranya terganggu, serta mengalami halusinasi.
Jadi, selama tidak tidur berhari-hari, Randy Gardner bukan tidak mengalami masalah. Bagaimana pun, tidak tidur berhari-hari yang dilakukannya memberi dampak negatif pada fisiknya. Peristiwa itu juga memberi ilustrasi bahwa mungkin manusia mampu untuk tidak tidur sampai beberapa hari, tetapi bukan tanpa efek apa pun. Bagaimana pun, tubuh membutuhkan istirahat, dan istirahat yang baik adalah yang teratur. Tidur dianggap sebagai istirahat terbaik bagi tubuh setelah lelah beraktivitas.
Jangankan sampai tidak tidur sama sekali, bahkan kurang tidur saja sudah membawa dampak berbahaya. Tidak hanya bagi diri sendiri, namun juga bagi orang lain. Kita mungkin sudah sering mendengar mobil yang menabrak sesuatu atau seseorang karena pengemudinya mengantuk. Kecelakaan di jalan raya akibat pengemudi mengantuk tidak bisa dihitung jari, karena sangat banyak, sehingga pengemudi mobil pun selalu disarankan untuk istirahat saat mengantuk.
Pada 1986, pesawat ulang alik Challenger meledak dan menewaskan tujuh astronotnya. Dalam penelitian The National Sleep Research Project, meledaknya pesawat tersebut karena disebabkan kesalahan teknis akibat sang mekanik kurang tidur. Pada 1986 pula, reaktor nuklir Chernobyl di Ukraina meledak dan menyebarkan kontaminasi radioaktif hingga ke Belarus, Ukraina, dan Rusia. Lagi-lagi, penyebabnya karena sang petugas di sana mengantuk.
Kemudian, pada 1989, kapal tanker Exxon Valdez menabrak karang di perairan Alaska, dan menumpahkan minyak hingga 41,8 juta liter minyak mentah dan mencemari garis pantai sepanjang 2.080 kilometer. Belakangan diketahui, kecelakaan mengerikan itu terkait dengan masalah konsentrasi kapten kapal akibat mengantuk.
Berbagai kecelakaan itu cukup menjadi ilustrasi bahwa mengantuk akibat kurang tidur tidak bisa dianggap sepele. Karena itu pula, tidur pun tidak bisa dianggap urusan remeh yang tak perlu diperhatikan. Dalam percobaan di laboratorium, tikus yang terus menerus dipaksa terjaga atau tidak tidur, diketahui mati setelah dua minggu. Itu jangka waktu yang lebih pendek dibandingkan tikus yang dipaksa kelaparan sampai mati.
Daniel Kripke dari The Scripps Clinic Sleep Center di La Jolla, California, menyatakan bahwa tidur memiliki hubungan dengan banyak hal—selain berkaitan dengan masalah kesehatan, munculnya penyakit, sampai ikut menentukan panjang atau pendeknya umur seseorang. Secara umum, rata-rata tidur yang dianggap ideal untuk orang dewasa adalah sekitar 8 jam. Kurang atau lebih dari jumlah itu dapat menimbulkan dampak buruk.
Hasil berbagai penelitian menunjukkan, orang yang memiliki waktu tidur ideal kebanyakan berumur panjang. Sebaliknya, orang yang tidur dalam waktu kurang atau lebih dari 8 jam rata-rata memiliki umur yang lebih pendek. Kurang tidur atau terlalu banyak tidur berdampak pada depresi, kegemukan, dan munculnya penyakit jantung.
Dampak buruk akibat kurang tidur tidak hanya terjadi pada orang dewasa, namun juga pada anak-anak. Para peneliti dari Sleep Disorders Center di Rumah Sakit Sacre-Coeur, Montreal, Kanada, melakukan penelitian terhadap sekitar 1.500 anak berusia 2,5-6 tahun. Dalam penelitian tersebut, para orang tua anak-anak itu diminta mengisi kuesioner tentang jumlah waktu tidur anak mereka pada malam hari, hiperaktivitas, impulsivitas, gangguan konsentrasi, dan tingkat kengantukan pada siang hari.
Dari penelitian itu diperoleh data, 50 persen anak rata-rata tidur 10 jam pada malam hari. Jumlah itu sesuai dengan rekomendasi waktu tidur untuk anak pada usia prasekolah. Namun, ada 6 persen anak yang waktu tidurnya kurang dari 10 jam, dan anak-anak dengan waktu tidur pendek itu diketahui memiliki koleksi kosakata yang lebih sedikit, dan hasil tes kognitifnya kurang memuaskan.
Dr. Jacques Montplaisir, peneliti utama program tersebut, menyatakan, “Satu jam kekurangan tidur berkorelasi dengan tiga kali penurunan kepandaian dan kemampuan anak berkomunikasi.”
Kekurangan tidur juga memiliki keterkaitan tinggi dengan hasil tes hiperaktivitas dan impulsivitas pada anak-anak berusia enam tahun. Hasil itu konsisten dengan temuan bahwa waktu tidur yang cukup akan meningkatkan kemampuan anak dalam berkonsentrasi.
Pada anak maupun orang dewasa, tidur juga diketahui sangat penting bagi sistem kekebalan tubuh. Para peneliti dari Perelman School of Medicine di University of Pennsylvania melakukan penelitian yang memberikan fakta bahwa tidur yang cukup bisa meningkatkan respons sistem kekebalan tubuh dan pemulihan terhadap infeksi. Karena itu pula, orang yang kebetulan sedang sakit selalu dianjurkan untuk lebih banyak tidur. Selain bertujuan sebagai istirahat, tidur yang cukup juga membantu tubuh memulihkan diri dari sakit.
Kini, seiring zaman yang modern, sulit tidur tampaknya menjadi salah satu masalah yang paling banyak diderita orang di negara mana pun. Karena itu pula, berbagai pusat penelitian pun dibangun yang secara khusus ditujukan untuk mempelajari masalah kurang tidur. Berbagai jurnal pun diterbitkan, yang secara khusus membahas hasil-hasil penelitian menyangkut tidur, meliputi Journal of Sleep Research, Sleep Research Society, Center for Sleep Research, hingga American Board of Sleep Medicine.
Berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan seputar masalah tidur, kenyataannya didapati bahwa banyak orang zaman sekarang yang bermasalah dengan tidur. Pada tahun 2008, misalnya, setiap tahun masyarakat Amerika Serikat menghabiskan 50 juta pil tidur yang diresepkan dokter, dan membelanjakan lebih dari 600 juta dollar AS per tahun untuk membeli suplemen kesehatan yang bisa mempercepat kantuk, seperti melatonin dan akar valerian.
Benjamin Franklin, salah satu Bapak Bangsa Amerika Serikat, memiliki ungkapan terkenal, “Tidur cepat, bangun cepat, adalah kunci kesehatan, kesejahteraan, dan kebijaksanaan.” Di masa sekarang, hal yang tampak sederhana itu memiliki harga yang ternyata mahal, dan tidak setiap orang mampu memilikinya.