Cara Cegah Penularan Cacar Monyet yang Kasusnya Sudah Masuk Indonesia
https://www.naviri.org/2016/01/Jihan-Safira-page-4.html
Cacar monyet masih mewabah di sejumlah negara, dan bahkan di Indonesia sudah terkonfirmasi satu kasus pada Sabtu (20/8). Meski menular, penyakit ini bisa dihindari dengan melakukan sejumlah langkah pencegahan sesuai protokol kesehatan.
Juru bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dr. Mohammad Syahril, meminta masyarakat tenang atas temuan kasus pertama cacar monyet di Indonesia. Warga juga diminta waspada dengan melakukan tindakan preventif, salah satunya menghindari kontak langsung dengan pasien cacar monyet.
"Utama kontak langsung penderita, bisa bersalaman, berpelukan, tidur bersama dan sebagainya, dan kontak dengan benda di sekitar pasien, handuk, selimut, kita harus hindari itu," kata Syahril di Jakarta, Sabtu (20/8).
“Masyarakat harus paham apabila ada teman kita, sahabat kita, yang mempunyai gejala ini, kita harus menghindari kontak (dengan pasien positif cacar monyet).”
Untuk detail pencegahan penularan penyakit cacar monyet bisa disimak caranya di bawah ini, sesuai pedoman sejumlah lembaga kesehatan dunia:
Cara Cegah Penularan Cacar Monyet
Hindari kontak kulit ke kulit dengan orang yang memiliki ruam seperti cacar monyet.
Jangan menyentuh ruam atau koreng penderita cacar monyet.
Jangan mencium, memeluk, atau berhubungan sks dengan orang yang menderita cacar monyet.
Jangan berbagi peralatan makan atau minum dengan orang yang menderita cacar monyet.
Sering cuci tangan dengan air dan sabun, atau gunakan hand sanitizer.
Di Afrika Tengah atau Afrika Barat, hindari kontak dengan hewan yang dapat menyebarkan virus cacar monyet, termasuk hewan pengerat dan primata, dan hewan yang sakit atau sudah mati.
Gejala Cacar Monyet
Masa inkubasi virus cacar monyet membutuhkan waktu dari satu hingga dua pekan. Ia menyebabkan gejala seperti flu, demam, sakit kepala, nyeri otot, kelelahan, hingga pembengkakan kelenjar getah bening. Soal pembengkakan, ia juga dapat muncul di beberapa lokasi tubuh, seperti leher dan ketiak.
Selain itu, ruam “cacar” yang khas mulai muncul, biasanya di sekitar wajah dan di rongga mulut. Kemudian gejala tersebut juga muncul di ekstremitas, termasuk telapak tangan dan telapak kaki. Ruam ini dapat terlihat seperti yang disebabkan oleh infeksi menular sksual tertentu, seperti sifilis dan herpes.
WHO menekankan semua orang berisiko tertular cacar monyet terlepas dari orientasi sksual mereka. Cacar monyet bukan merupakan penyakit menular sksual. Kontak sksual hanyalah salah satu rute penyebaran virus tersebut.
Kasus Cacar Monyet Pertama di Indonesia
Kemenkes mengonfirmasi satu kasus cacar monyet di Indonesia, tepatnya di Jakarta, pada Sabtu (20/8). Pasien dipastikan positif pada Jumat (19/8) malam melalui tes PCR usai kembali dari luar negeri.
Pasien, kata Syahril, merupakan laki-laki berusia 27 tahun. Ia mengalami sejumlah gejala tapi tidak berat, seperti demam hingga ruam di beberapa bagian tubuh.
“Tadi malam diumumkan positif, pasien baik-baik saja. Dalam istilah (gejala) COVID-19, (gejala cacar monyet yang diderita pasien) itu ringan dan pasien tidak perlu dirawat. Cukup isolasi mandiri di rumah,” ungkap Syahril.
Meski ini merupakan kasus pertama di Indonesia, WHO telah mengumumkan cacar monyet sebagai darurat kesehatan global sejak 6 Mei 2022 lalu. Saat ini sudah ada 89 negara yang melaporkan kasus cacar monyet dengan total jumlah terjangkit 39.078 kasus, dan 400 di antaranya meninggal dunia.