Ini Penyebab Pelet Tidak Perlu Terlalu Dipercaya (2)
https://www.naviri.org/2015/12/ini-penyebab-pelet-tidak-perlu-terlalu_29.html
Naviri.Org - Nah, kebetulan si cowok yang berencana mengirimkan pelet kepada si cewek ini adalah seorang mahasiswa bodoh yang dipecat dari kampusnya karena kebanyakan bolos, masih berstatus pengangguran dan memiliki masa depan yang sama sekali tak dapat diramalkan—kalau tak mau dibilang suram. Si cowok tidak pede mendekati cewek yang diincarnya itu, dan dia kemudian berencana untuk menggunakan pelet dalam meraihnya.
Apakah pelet dari si cowok yang ditujukan pada cewek di atas itu akan berhasil? Sembilan puluh sembilan koma sembilan puluh sembilan persen jawabannya adalah TIDAK! Mengapa? Karena unsur dominan di dalam diri cewek itu tidak dapat menerima sosok cowok yang “dibisikkan oleh si pelet” kepadanya! Secara kasarnya, seorang cewek matere tidak akan dapat dipelet dengan pelet apapun jika orang yang memeletnya tidak memiliki materi yang cukup sebagaimana yang diinginkan oleh si cewek!
Oke, kalau contoh itu mungkin terkesan sinis, kita gunakan analogi yang lebih logis. Bayangkan kau membutuhkan suatu pinjaman sejumlah uang dari bank. Bank adalah contoh pihak yang menggunakan rasio (sebagai unsur dominannya) dalam memutuskan sesuatu—khususnya dalam memberikan sejumlah pinjaman. Sebagaimana yang kita tahu, bank akan menetapkan syarat-syarat tertentu, salah satunya adalah adanya agunan atau jaminan bagi suatu pinjaman yang diberikan—atau setidaknya adanya prospek menguntungkan di masa depan.
Nah, kau datang kepada bank dan mengajukan pinjaman atas sejumlah uang namun kau tidak memiliki agunan apapun yang dapat dijadikan sebagai jaminan, dan kau pun tidak memiliki pekerjaan, penghasilan, atau apapun yang dapat dijadikan sebagai semacam acuan prospek menguntungkan bagi bank. Apakah mungkin bank akan mengulurkan pinjamannya sebagaimana yang kauinginkan?
Jawabannya begitu logis; tidak. Mengapa? Karena unsur dominan yang dibutuhkan oleh bank (syarat-syarat minimal yang ditentukan) tidak terpenuhi. Bahkan umpama kau menggunakan pelet yang paling ampuh sekalipun, bank tetap saja akan menolak permintaanmu selama unsur rasio (yang menjadi unsur dominan) mereka tidak dipenuhi terlebih dulu.
Sebaliknya, tanpa menggunakan pelet apapun, bank akan meluluskan permintaanmu (memberikan pinjaman) kalau kau dinilainya memang layak memperolehnya—dengan kualifikasi yang telah mereka tetapkan, yakni adanya sumber daya yang dapat dijadikan sebagai jaminan untuk mengembalikan pinjaman yang diberikan.
Jadi, mengapa pelet sebaiknya tidak perlu terlalu dipercaya? Salah satu jawabannya adalah satu kenyataan di atas itu; bahwa kita akan sia-sia memelet seseorang jika orang yang ingin kita pelet itu memang jelas-jelas tidak memiliki kecenderungan psikis terhadap diri kita, dan/atau kita tidak cukup memiliki sesuatu yang dapat menggerakkan dirinya untuk jatuh hati kepada kita karena dia memiliki unsur dominan yang bertolak belakang dari kenyataan diri kita. Sebuah pelet hanya akan bekerja dan dapat mempengaruhi orang yang dituju jika (dan hanya jika) si pengirimnya memang memiliki kualifikasi yang cukup sebagaimana yang dibutuhkan atau diharapkan oleh unsur dominan dari psikis orang yang dituju.
Alasan kedua mengapa pelet sebaiknya tidak perlu terlalu dipercaya adalah karena pelet tidak akan berfungsi jika orang yang dituju memiliki kepribadian yang stabil. Ingat penjelasan mengenai zat antibodi di atas?
Tubuh yang kurang sehat biasanya memiliki tingkat kekebalan yang lemah sehingga mudah dimasuki zat-zat asing, entah influenza ataupun partikel-partikel debu beracun yang kemudian menyebabkan batuk. Namun, tubuh yang sehat dan kuat akan memiliki zat antibodi yang sama kuatnya, sehingga zat-zat asing yang masuk akan dapat ditolak dan dilawan. Nah, begitu pula dengan psikis kita—dengan kepribadian kita.
Ketika sebuah pelet dilancarkan seseorang untuk mempengaruhi orang yang lainnya, pelet itu tidak akan dapat bekerja jika orang yang dituju memiliki kepribadian yang kuat, karena kekuatan kepribadian itu juga menciptakan zat penolak yang sama kuatnya. Salah satu ciri kepribadian yang kuat adalah kendali diri.
Orang yang selalu dapat mengendalikan diri secara baik (tidak out of control) dalam kehidupan sehari-harinya akan memiliki zat penolak yang kuat terhadap apapun yang mencoba mempengaruhi dirinya. Dan jika sebuah pengaruh dipaksakan kepada orang yang berkepribadian kuat semacam ini, hasilnya bisa saja bertolak belakang dari apa yang diharapkan oleh pengirimnya.
Contoh kasus. Yuni adalah cewek yang biasa-biasa saja, namun memiliki kepribadian yang stabil. Dia menjalin hubungan cinta dengan seorang cowok yang juga biasa-biasa saja, namun mereka saling mencintai secara tulus dengan penuh kasih sayang.
Nah, ada cowok lain yang rupanya naksir Yuni, tetapi dia tidak berani menunjukkan dan menyatakannya secara langsung, dan kemudian memilih untuk menggunakan pelet agar Yuni meninggalkan kekasihnya untuk kemudian jatuh hati kepadanya. Menurutmu, apakah pelet yang dilancarkan oleh cowok ini kepada Yuni akan berhasil? Sekali lagi, sembilan puluh sembilan koma sembilan puluh sembilan persen jawabannya adalah tidak.
Baca lanjutannya: Ini Penyebab Pelet Tidak Perlu Terlalu Dipercaya (3)