Ini Penyebab Pelet Tidak Perlu Terlalu Dipercaya (1)
https://www.naviri.org/2015/12/ini-penyebab-pelet-tidak-perlu-terlalu.html
Naviri.Org - Bagaimana sebenarnya cara kerja pelet dalam mempengaruhi psikis manusia hingga diyakini dapat menggerakkan seseorang untuk merasa cenderung kepada orang yang lainnya?
Karena pelet adalah sesuatu yang gaib (dalam hal ini maksudnya tak kasatmata), maka pelet pun bekerja dengan cara yang tak kasatmata pula. Berbeda dengan pil atau obat yang memiliki wujud pasti yang kita telan untuk suatu tujuan penyembuhan bagi penyakit pada tubuh, maka pelet bekerja dengan cara dan dalam bentuk getaran yang mempengaruhi psikis manusia.
Jadi, secara mudahnya dapat diilustrasikan seperti ini. Si pengirim pelet mengirimkan suatu getaran tertentu (katakanlah semacam bisikan) yang diharapkan dapat mempengaruhi orang yang dituju agar hatinya tergerak memenuhi keinginan dari si pengirim pelet.
Tunggu, bedakan hal ini dengan proses hipnotis yang mungkin telah familier dengan kita. Ada perbedaan yang amat penting antara proses hipnotis dengan proses pengiriman getaran pelet. Kalau hipnotis biasanya dikirimkan kepada orang yang sepenuhnya sadar (menyadari) akan hipnotis tersebut, maka pelet bekerja di luar kesadaran (tanpa disadari) oleh orang yang tengah dituju (dipelet). Bila hipnotis dikirimkan untuk mempengaruhi pikiran sadar dan bawah sadar seseorang, maka pelet dikirimkan untuk mempengaruhi psikis dari orang bersangkutan.
Masih ingat kelima unsur di dalam diri kita yang menyebabkan dan menggerakkan kita untuk jatuh cinta? (Baca kembali: Ini Penyebab Kita Bisa Jatuh Cinta). Nah, pelet yang dikirimkan kepada seseorang bertugas mempengaruhi kelima unsur tersebut—inilah “psikis” yang dimaksud pada penjelasan di atas—dengan tujuan agar orang yang dituju itu memiliki kecenderungan terhadap orang yang mengirimkan pelet.
Ketika getaran pelet ini mulai bekerja dan mulai memasuki psikis orang yang dituju, maka proses yang terjadi kemudian tak jauh beda dengan proses masuknya suatu zat asing ke dalam tubuh. Tubuh manusia memiliki suatu kekuatan (kekebalan) bernama antibodi yang bertugas melawan zat asing apapun yang masuk (atau dimasukkan) ke dalam tubuh. Sama halnya ketika tubuh dimasuki zat narkotika, misalnya, maka antibodi di dalam tubuh akan segera mengenali bahwa ini adalah zat asing, dan dia kemudian segera bereaksi dengan cara menolak dan melawan.
Narkotika yang masuk ke dalam tubuh itu pun kemudian berperang dengan zat antibodi di dalam tubuh, dan hasil akhirnya tinggal menunggu siapa yang menang.
Nah, cara kerja pelet yang masuk ke dalam psikis seseorang juga tidak jauh beda dengan itu. Ketika getaran pelet itu mulai masuk, psikis kita mengenali bahwa ini suatu getaran yang asing—suatu zat yang “tidak seperti biasanya”. Maka yang dilakukan oleh psikis kita pun sama dengan tubuh kita, yakni menolak dan melawannya.
Jika psikis (yang terdiri dari kelima unsur di atas) kuat, pengaruh pelet itu dapat ditolak untuk kemudian menjadi gagal pengaruhnya. Tetapi jika psikis kita lemah—dimana kelima atau salah satu unsur di dalam diri kita “merasa dapat menerima”—maka pelet itu pun akan mulai bekerja dan berpengaruh.
Kita kembali pada kelima unsur penggerak cinta yang kita miliki. Karena masing-masing orang memiliki unsur yang dominan di antara unsur watak, unsur naluri, unsur rasio, unsur nafsu dan unsur emosi, maka salah satu unsur yang dominan itulah yang pada akhirnya akan menentukan apakah suatu pelet akan berpengaruh ataukah tidak. Jadi, suatu pelet akan berpengaruh jika (dan hanya jika) pengirimnya sesuai dengan unsur dominan dari seseorang yang dituju.
Kita gunakan contoh kasus. Seorang cowok berencana memelet seorang cewek yang diincarnya. Si cewek merupakan sosok yang unsur rasionya sangat dominan di dalam dirinya. Jadi cewek ini hanya akan jatuh cinta kepada orang yang memang dapat diandalkan sekaligus dapat dibanggakan, baik dalam hubungan pada masa sekarang maupun pada masa yang akan datang. Bagi cewek ini, wajah tampan dan popularitas seorang cowok tidak cukup, dia juga harus dapat diandalkan dalam hal finansial, karenanya cowok yang menjadi pasangannya haruslah telah memiliki pekerjaan mapan dengan penghasilan yang relatif besar.
Baca lanjutannya: Ini Penyebab Pelet Tidak Perlu Terlalu Dipercaya (2)