Sejarah dan Asal Usul Resolusi Tahun Baru
https://www.naviri.org/2018/01/resolusi-tahun-baru.html
Naviri.Org - Setiap kali satu tahun berakhir, untuk kemudian memasuki tahun yang baru, setiap kali pula banyak orang menyusun atau menyiapkan resolusi untuk tahun baru tersebut. Resolusi yang disiapkan atau diinginkan bisa macam-macam, dari ingin menurunkan atau menaikkan berat badan, ingin membaca sejumlah buku, dan lain-lain. Yang jelas, resolusi yang dinyatakan pada tahun baru telah menjadi sesuatu yang populer, dan dilakukan oleh banyak orang di seluruh dunia.
Bagaimana sebenarnya sejarah dan asal usul resolusi pada tahun baru?
Tampaknya, resolusi tahun baru bukan hal baru, karena tradisi itu telah dimulai sejak sekian ribu tahun yang lalu.
Sekitar 4000 tahun lalu, ketika musim panen tiba, masyarakat Babilonia berjanji kepada para dewa untuk membayar utang-utangnya dan mengembalikan barang yang dipinjam. Bila mereka menepati janjinya, para dewa akan memberi kemudahan bagi mereka sepanjang tahun berikutnya. Janji ini dapat dianggap sebagai awal mula terciptanya resolusi tahun baru yang kini menjadi bagian tradisi sebagian masyarakat masa kini.
Beranjak ke era Julius Caesar, tradisi membuat resolusi tahun baru diasosiasikan dengan pemujaan kepada dewa Janus—yang namanya diambil untuk nama bulan pertama. Masyarakat Romawi percaya, secara simbolis, Janus yang berwajah dua akan menatap ke masa lampau dan masa depan. Karena keyakinan ini, mereka berupaya menyenangkan sang Dewa dengan berjanji berlaku baik pada tahun berikutnya.
Beragam harapan digantungkan ketika membuat resolusi tahun baru, mulai dari menurunkan berat badan dan makan makanan sehat, berhenti merokok, mengatur keuangan lebih ketat, mendapat pekerjaan lebih baik, sampai memiliki pasangan.
Ada yang sukses menggapai harapan-harapan ini dan mempertahankannya sampai pengujung tahun, ada pula yang mesti gigit jari karena resolusinya masih seumur percikan kembang api. Kelompok orang yang terakhir disebutkan jumlahnya tidak sedikit.
Menurut studi dari Australia pada akhir 2014, 2 dari 3 orang gagal mencapai resolusi yang dibuatnya pada akhir tahun sebelumnya. Kendati demikian, bukan berarti kegagalan ini membuat orang-orang kapok. Sekitar 42% populasi studi tersebut masih membuat resolusi tahun baru untuk 2015. Lebih lanjut dalam studi tersebut dikatakan, 80% responden yang disurvei mengaku gagal memenuhi resolusi hanya dalam jangka waktu tiga bulan setelah membuatnya.
Mengukir target-target tertentu untuk dicapai memang baik. Hal ini bisa mendorong peningkatan motivasi, pencapaian, dan kepercayaan diri, serta melatih pengendalian diri. Walaupun begitu, bila resolusi tahun baru dibuat secara instan, akan hadir beraneka dampak buruk bagi diri, alih-alih keuntungan-keuntungan yang disebutkan tadi.
Baca juga: Asal Usul Hari Anti Korupsi di Indonesia