Fakta-fakta Menarik Seputar Film Wiro Sableng
https://www.naviri.org/2018/01/film-wiro-sableng.html
Naviri.Org - Indonesia memiliki cukup banyak tokoh fiksi yang legendaris, dan Wiro Sableng adalah salah satunya. Wiro Sableng mula-mula muncul dalam serial novel yang ditulis oleh Bastion Tito. Ada puluhan jilid novel Wiro Sableng yang dulu banyak beredar pada era 1980-1990an, yang bisa dibeli dengan harga terjangkau.
Setelah populer sebagai tokoh dalam novel, Wiro Sableng lalu diangkat ke film layar lebar Indonesia, dan sempat muncul beberapa film yang terkait tokoh pendekar nyentrik ini. Belakangan, Wiro Sableng juga sempat menjadi serial televisi. Kabar mutakhir, Wiro Sableng kembali masuk layar lebar, dan kali ini diproduksi oleh Lifelike Pictures serta Fox International Productions.
Pada 27 Desember 2017, muncul teaser resmi Wiro Sableng di internet, dengan durasi sekitar 30 detik, yang menjadikan warganet heboh. Alhasil tak berselang lama, kata kunci "Wiro Sableng" langsung memuncaki daftar trending topic di Twitter. Sementara tayangan videonya masuk daftar serupa di YouTube.
Sebelumnya, Lifelike telah mengunggah tiga video singkat lewat YouTube. Isinya tentang proses di balik layar pembuatan film yang dikomandoi Angga Dwimas Sasongko (sutradara Filosofi Kopi dan Bukaan 8).
Dalam acara selamatan dimulainya proses produksi film Wiro Sableng di JS Luwansa Hotel, Karet Kuningan, Jakarta Selatan (9/2/2017), Sheila Timothy selaku produser merangkap penulis skrip, menyebut film pertama berisi permulaan kisah Wiro Sableng.
Jika mengacu pada versi buku cerita silat (cersil) karangan Bastian Tito, kisah pertama Wiro Sableng termaktub dalam tiga buku, yaitu; "Empat Berewok dari Goa Sanggreng", "Maut Bernyanyi di Padjajaran", dan "Dendam Orang-Orang Sakti".
Ketiga buku tersebut terbit 1967. Kala itu, ayah Vino G. Bastian (pemeran Wiro Sableng) ini masih menggunakan nama pena Bastian B.A.
Saat Lilik Sudjio, selaku sutradara, mendapat kepercayaan mengalihwahanakan ke layar lebar pada 1988, versi film bersetia dengan apa yang ada dalam cersil.
Apakah versi Angga Sasongko yang naskahnya juga ditulis bersama Tumpal Tampubolon dan Seno Gumira Ajidarma melakukan hal serupa? Masih harus dinantikan saat filmnya tayang di penghujung 2018.
Walaupun mengaku tetap setia dengan versi buku, Lala menyebut kemungkinan mengolah cerita dari kombinasi beberapa buku juga cukup terbuka. Ucapan itu tampak benar adanya jika melihat nama-nama tokoh yang terlibat dalam proyek pertama ini.
Selain Mahesa Birawa (diperankan Yayan Ruhian) dan Empat Brewok dari Goa Sanggreng (Cuping Topan, Mardi, Habibie, dan Asta) yang jadi rival sejak tiga buku perdana, muncul pula Bagaspati (Cecep Arif Rahman).
Tokoh antagonis yang disebutkan terakhir merupakan bajak laut dari Pulau Seribu Maut. Ia hadir pertama kali dalam buku "Tiga Setan Darah dan Cambuk Api Angin" yang jika diurutkan merupakan seri ketujuh dari cersil Wiro Sableng. Ada pula tokoh Dewa Tuak (Andy /rif), Bujang Gila Tapak Sakti (Fariz Alfarazi), dan Kakek Segala Tahu (Yayu Unru).
Selain Dewa Tuak, dua pendekar lain dari golongan putih ini sebenarnya tidak muncul berbarengan dalam tiga buku awal. Bujang Gila, yang aslinya bernama Santiko, hadir perdana dalam buku "Hari-Hari Terkutuk" (seri ke-65).
Bastian Tito lantas membuatkan satu rangkaian tersendiri tentang keponakan Dewa Ketawa itu dalam dua buku; "Bujang Gila Tapak Sakti" dan "Purnama Berdarah". Sementara Kakek Segala Tahu baru muncul dalam seri "Rahasia Lukisan Telanjang" yang pernah diadaptasi menjadi film berjudul Satria Kapak Tutur Sepuh (1990).
Ada pula Bidadari Angin Timur alias Pandan Wangi (Marsha Timothy). Hadir pertama kali lewat "Guci Setan" (edisi ke-73).
Lala mengungkapkan, 185 seri buku tentang jagoan berkapak itu mereka susun sedemikan rupa dalam semesta baru bernama Wiro Sableng Universe. Tujuannya untuk memudahkan proses pembuatan kelanjutan kisah film ini, mulai dari sekuel hingga sempalan alias spin-off.
"Kami bikin log book untuk mendata semua karakter berikut ciri-ciri fisik mereka, pukulan, jurus, kesaktian, perguruan, hubungan antarkarakter, dan lain sebagainya," ujar Lala.
Menarik mengetahui bagaimana akhirnya tokoh-tokoh yang berserakan dari seri buku berbeda menjadi kesatuan cerita utuh dalam satu film. Berdasarkan teaser, tiga video behind the scene, ditambah keterangan tentang jajaran tokoh yang ambil bagian, berikut 10 hal yang ada dalam film pertama pendekar berjuluk Kapak Maut Naga Geni 212 itu.
1. Kalingundil memimpin pasukan berkuda
Pembukaan teaser menampilkan pasukan berkuda membawa obor. Di tengah rombongan tampak Kalingundil (Dian Sidik). Ia merupakan tangan kanan Mahesa Birawa.
Adegan selanjutnya memperlihatkan pasukan ini memasuki perkampungan dan membakar sebuah rumah. Versi cersil menggambarkan bahwa kampung itu bernama Jatiwalu, tempat tinggal Ranaweleng dan Suci, yang notabene orang tua Wiro Saksono (nama asli Wiro Sableng).
2. Wiro Sableng cilik
Saat pasukan berkuda memasuki kampung, tampak seorang bocah berteriak di depan sebuah rumah yang terbakar. Terlihat jelas wajah bocah itu adalah Abirama Putra Andresta (7).
Nama Abirama diumumkan sebagai pemeran Wiro kecil dalam acara perkenalan jajaran pemain film Wiro Sableng di Senayan City.
3. Ranaweleng dan Suci
Adegan berikutnya memperlihatkan seorang lelaki berteriak dengan posisi tubuh terjatuh di tanah. Sedangkan shot lainnya tampak perempuan tersandera oleh seorang lelaki di belakangnya.
Kedua gambar itu sama-sama dikaburkan. Hanya jari-jari tangan mereka yang menjadi titik fokus kamera. Kemungkinan besar mereka adalah Ranaweleng (Marcell Siahaan) dan Suci (Happy Salma).
4. Tusuk konde Sinto Gendeng
Seperti terjabarkan dalam buku seri pertama, perempuan tua bernama asli Sinto Weni ini adalah guru Wiro Sableng. Ia pula yang mengasuh Wiro sejak masih balita, setelah penyerangan yang dilakukan Mahesa Birawa ke Jatiwalu.
Aksesori khas dari tokoh ini selain tongkat adalah tusuk kondenya yang berjumlah lima. Versi cersil menjabarkan bahwa kelima tusuk konde itu tidaklah tersisip di sela-sela rambutnya yang putih, tapi menancap langsung ke batok kepala.
Dalam teaser juga diperlihatkan lima tusuk konde Sinto Gendeng saat melatih Wiro Sableng di puncak Gunung Gede. Ruth Marini (33), seniman teater asal Lampung yang terbiasa tampil monolog, terpilih memerankan Sinto Gendeng.
5. Rajah 212
Angka 212 yang menghiasi dada Wiro Sableng memiliki makna bahwa dalam kehidupan selalu melekat dua unsur yang saling berpasangan namun semua bersumber pada Yang Maha Satu.
Bermaksud mengingatkan muridnya agar tidak melupakan unsur tersebut, Sinto Gendeng membuat rajah 212 menggunakan 36 jarum putih yang keluar dari gagang Kapak Maut Naga Geni. Tato bertuliskan angka yang sama juga menghiasi telapak tangan kanan Wiro. Sinto membuatnya dari 24 batang jarum hitam.
Ada sedikit perbedaan antara penampakan rajah versi cersil, film, atau sinetron terdahulu dengan yang sekarang. Bentuk tipografi kini lebih lancip, dan angka "2" pertama saling berhadapan dengan angka "2" berikutnya.
"Biar setiap Wiro menghantam penjahat dengan tangannya itu, bekas tanda 212 tidak kelihatan terbalik," jelas Lala.
6. Kapak Maut Naga Geni
Senjata andalan Wiro Sableng ini mendapat sentuhan baru. Tampak dalam teaser kepala naga dengan mulut terbuka yang menjadi ujung gagang kapak berwarna hitam. Warna yang sama juga digunakan versi sinetron. Sementara versi film yang dibintangi Tonny Hidayat berwarna putih keperakan.
Ada makna tersendiri mengapa Bastian Tito menciptakan kapak bermata dua dengan pegangan lurus dan ujung gagang berhias kepala naga menghadap ke bawah. Dua adalah perwujudan unsur yang selalu berpasangan, sedangkan gagang kapak yang lurus bermakna Tuhan Yang Maha Esa.
Simbol kepala naga menghadap ke bawah dengan mulut terbuka menandakan keberanian, tetapi selalu bersikap merunduk atau rendah hati. Sebuah prinsip yang harus dipegang seorang pendekar sejati.
7. Ikat kepala
Sedikit perbedaan lain yang terlihat dalam teaser dibandingkan versi sinetron atau film adalah destar putih yang dikenakan Wiro. Ujung ikat kepala yang membentuk ekor segitiga kini tidak lagi pas berada di tengah, melainkan agak bergeser ke samping.
Bastian Tito menyelipkan makna pula di balik itu. Wiro mengenakannya sebagai perwujudan mengikat pikiran ke arah positif. Simbol ekor berbentuk segitiga yang menonjol pada destar mengandung makna bahwa sifat baik akan menghasilkan suatu kelebihan.
8. Mahesa Birawa dan Werku Alit
Penampakan dua tokoh antagonis ini tidak muncul dalam teaser, melainkan video behind the scene. Werku Alit merupakan anak Prabu Purnawijaya dari salah seorang selir. Ia merasa dengki, karena sepeninggal Sang Prabu, penerus singgasana Padjajaran justru Kamandaka alih-alih dirinya.
Kaitan antara kedua tokoh ini dijelaskan dalam tiga buku awal Wiro Sableng.
Lukman Sardi, yang berperan sebagai Werku Alit, tampak berkepala plontos. Sementara Mahesa Birawa, yang diperankan Yayan Ruhian, bercambang lebat.
9. Rara Murni
Kemunculan tokoh yang diperankan oleh pendatang baru Aghniny Haque ini muncul pada adegan pembuka video bertajuk "Production Diary Day 74" (diunggah pada 30/11).
Tampak Rara Murni sedang menunggangi kuda. Adegan lain dari video yang sama, tokoh yang dikisahkan adik Prabu Kamandaka ini digantung terbalik dengan kondisi tangan terikat. Ia tersandera.
Dalam cersil "Maut Bernyanyi di Pajajaran", Rara Murni berangkat menuju Desa Kalijaga untuk menengok adik neneknya. Di tengah perjalanan, Rara Murni diculik oleh empat pria yang menutupi wajahnya dengan kerudung.
10. Prabu Kamandaka dan Permaisuri
Mangkatnya Prabu Purnawijaya mengakibatkan kekosongan di Kerajaan Padjajaran karena sang Prabu tidak meninggalkan keturunan. Hasil sidang yang dilakukan para ahli agama dan tetua di istana kemudian memutuskan Kamandaka, adik kandung Purnawijaya, sebagai penerus.
Tampang Prabu Kamadaka beserta Permaisuri yang diperankan Dwi Sasono dan Marcella Zalianty ini hadir dalam video behind the scene.
Baca juga: Wiro Sableng, Cerita Silat Terpanjang di Indonesia