Uji Coba Rudal, dan Biaya yang Dihabiskan Korea Utara
https://www.naviri.org/2017/12/rudal-korea-utara.html
Naviri.Org - Kim Jong-un, pemimpin Korea Utara, tampaknya seperti anak-anak yang keranjingan suatu mainan, dan terus ingin memainkannya, bahkan ingin terus mengembangkan mainan yang ia sukai. Yang jadi masalah, “mainan” kesukaan Kim Jong-un adalah rudal alias peluru kendali, yaitu senjata mematikan yang bisa dikendalikan dari jarak jauh. Tujuannya, tentu saja, untuk berperang.
Kenyataan ini sudah menjadi sorotan dunia internasional, dan sebagian negara terus menerus resah dengan “mainan” Kim Jong-un, yang terus melakukan uji coba rudalnya.
Uji coba rudal pada masa Kim Jong-un sudah seperti aktivitas bulanan, dan belakangan ini semakin intens. Dalam wawancara dengan BBC, Wakil Menteri Luar Negeri Korea Utara, Han Song-ryol menyampaikan pihaknya akan terus melakukan uji coba rudal meskipun dikecam dunia Internasional.
“Kami akan melakukan lebih banyak lagi uji coba setiap minggu, bulan, dan tahun,” kata Han Song-ryol.
Berapa biaya uji coba yang dilakukan Korea Utara? Pada dasarnya biaya setiap roket atau rudal balistik berbeda-beda. Laporan The Economist yang dikutip media Cina Global Times mengambil contoh rudal Tomahawk milik AS yang memiliki radius jangkauan 1.300 km hingga 1.700 km, atau sekelas dengan Nodong milik Korea Utara yang beradius 1.300 km, dapat menelan biaya 1,5 juta dolar AS.
Bila Korea Utara meluncurkan satu rudal sejenis Tomahawk atau Nodong setiap minggu, maka Kim Jong-un harus mengeluarkan biaya 78 juta dolar AS setiap tahunnya (pada tahun 2017 terdiri dari 52 minggu). Namun, ini baru biaya manufaktur, belum termasuk pemeliharaan harian, biaya penelitian dan pengembangan. Sehingga biaya yang dibutuhkan tentu akan lebih dari 78 juta dolar AS.
Pada 2012, CNN sempat membuat laporan soal rudal balistik Korea Utara di tahun pertama Kim Jong-un berkuasa, menelan 1,3 miliar dolar AS. Biaya itu terdiri dari; biaya manufaktur dua roket uji coba itu menelan dana 600 juta dolar AS; biaya uji coba menelan dana 400 juta dolar AS. Korea Utara juga harus mengeluarkan 300 juta dolar AS untuk fasilitas peluncuran dan lainnya. Dana itu untuk dua kali uji coba rudal balistik. Hasilnya hanya satu yang sukses dalam uji coba.
Kementerian Pertahanan Nasional Korea Selatan juga melakukan estimasi biaya uji coba dan peluncuran rudal balistik Korea Utara. Dikutip dari CNBC, biaya rudal untuk jenis Scud, atau dikenal dengan jenis Hwasong di Korea Utara, mencapai 1 juta dolar AS hingga 2 juta dolar AS per unit.
Biaya uji coba untuk jenis Musudan, yang memiliki radius 3.500 km, diperkirakan mencapai 3 juta dolar AS hingga 5 juta dolar AS. Korea Utara juga pernah meluncurkan rudal dari kapal selam, dan diperkirakan menelan biaya sebesar 5 juta dolar AS hingga 10 juta dolar AS.
Estimasi lain dari program pertahanan Korea Utara adalah soal senjata nuklir. Korea Selatan memperkirakan biaya pengembangan program nuklir Korea Utara sebesar 1 miliar dolar AS hingga 3 miliar dolar AS. Sedangkan untuk tipe intercontinental ballistic missile (ICBM) yang disebut-sebut memiliki jangkauan hingga Amerika Serikat, belum ditemukan data soal biaya pengembangannya.
Namun, jika melihat beberapa negara yang sudah mengembangkan ICBM, besaran biaya ICBM sangat variatif dan lebih mahal dari jenis Scud atau Hwasong. Misalnya India membangun ICBM pada 2012 dengan biaya Rs2500 crore atau setara 372 juta dolar AS. Sedangkan biaya program ICBM yang sedang dikembangkan Amerika Serikat sebesar 85 miliar dolar AS.
Korea Utara tentu dengan besaran biaya program ICBM yang berbeda. Pada intinya, menurut laporan CNBC, Korea Utara mengeluarkan 10 miliar dolar AS per tahun untuk anggaran pertahanan dari GDP, yang hanya sebesar 40 miliar dolar AS. Jumlah ini memang cukup ironis, artinya anggaran pertahanan mereka sudah setara dengan 25 persen GDP.
Baca juga: Ironi Korea Utara, di Antara Rudal dan Rakyat Kelaparan