Sejarah, Asal Usul, dan Perkembangan Singles Day
https://www.naviri.org/2017/11/Singles-Day.html
Naviri.Org - Jika dulu hanya ada Valentine’s Day, sekarang juga ada Singles Day. Jika Valentine’s Day biasa dirayakan orang-orang yang telah memiliki pasangan, Singles Day menjadi hari suka cita bagi para lajang atau yang belum memiliki pasangan. Meski mungkin belum seterkenal Valentine’s Day, namun perlahan namun pasti perayaan Singles Day makin dikenal di berbagai negara.
Dari mana asal usul dan sejarah lahirnya Singles Day?
Bila ditelusuri muasalnya, momen Singles Day berasal dari respons orang-orang lajang di negeri Tiongkok. Tidak pasti siapa yang sebetulnya pertama kali memulai perayaan ini. Tapi saduran dari The Telegraph menceritakan bahwasanya para mahasiswa jomblo di Unversitas Nanjing yang memulai perayaan “Singles Day" dalam lingkup kampus pada tanggal 11 November ketika era 90-an.
Masing-masing angka 1 dari tanggal itu menjadi representasi ideal sebuah status lajang. Alih-alih merayakan kesendirian dengan bermuram durja, para mahasiswa ini mengapresiasi diri sendiri lewat bermacam hal yang menyenangkan hati. Mulai dari makan enak sampai kenyang, karaokean, hingga belanja berbagai barang yang sebenarnya telah lama ingin dimiliki. Intinya, mereka ingin ada hari yang nyata untuk berpuas diri.
Awal mula Singles Day dan Promo 11.11
Semarak perayaan Singles Day ini masih biasa-biasa saja sampai kurun tahun 2000-an awal. Levelnya masih berbatas pada tradisi perayaan kejombloan di Tiongkok. Namun gegap gempitanya menanjak drastis setelah Alibaba menciptakan parade belanja online penuh diskon selama hari Singles Day pada tanggal 11 November 2009.
Dasar homo consumericus, tebaran potongan harga khusus hari itu mampu mengoda mata dan memunculkan hasrat yang kemudian bermuara ke dompet para konsumen di Tiongkok. The Telegraph mengutip ada perputaran uang 50 juta yuan (atau setara 10 miliar rupiah saat ini) ketika Alibaba menggelar ajang belanja Single Day pada tahun 2009.
Kesuksesan Alibaba melakukan make-over dalam momen Singles Day kemudian menghadirkan ketertarikan dari para pelaku e-commerce lain untuk berpartisipasi. “Ada gula, ada semut”, begitulah kira-kira cerminan keberhasilan momen belanja online 11 November ini.
Besarnya antusiasme konsumen membuat perayaan Singles Day tidak lagi sekadar diperuntukkan pada mereka yang melajang. Di tahun-tahun berikutnya, siapa pun dapat merasakan indahnya perayaan tersebut, terlebih orang-orang yang gemar belanja karena melimpahnya suguhan diskon dari berbagai toko jualan daring.
Meriahnya Singles Day di ranah e-commerce Tiongkok tidak sekadar karena “eksploitasi” status lajang para konsumennya. Iya, perayaan ini merupakan sebuah kesempatan emas untuk memuaskan diri sendiri. Tapi pihak Alibaba meninjau, bersinarnya momen Singles Day justru lebih dipengaruhi oleh strategisnya tanggal 11 November itu sendiri.
Tanggal ini diapit oleh periode dua agenda penting di Tiongkok, yakni Hari Nasional (setara Hari Kemerdekaan) pada awal Oktober, dan tahun baru pada bulan Januari. Pada momen-momen ini, para konsumen diyakini telah siap sedia membelanjakan uang mereka untuk segala macam kebutuhan.
Kegiatan belanja online ketika Singles Day ibarat candu yang menahun. Rekam jejak perputaran uangnya menanjak konsisten dari tahun ke tahun. Perayaan tahun 2012 contohnya, sejumlah media internasional memberitakan ada sekitar 3 miliar dolar Amerika dalam neraca penjualan Alibaba. Tahun 2013, e-commerce pimpinan Jack Ma itu berhasil meraup 5,7 miliar dolar Amerika selama 24 jam Singles Day.
Dikutip dari BBC, raupan angka tersebut jauh lebih tinggi daripada yang bisa dihasilkan dari transaksi jual beli saat periode Thanksgiving ataupun Black Friday di Negeri Paman Sam. Peningkatan juga tak terbantahkan pada tahun 2014 ketika catatan penjualan mereka berhasil mencapai angka 9,3 miliar dolar Amerika.
Ibarat bunga-bunga yang terus bermekaran di musim semi, perayaan 11 November tahun 2015 ditandai dengan dua aspek yang lagi-lagi positif.
Pertama yakni pada aspek perdagangan yang mampu menembus angka 14,3 miliar dolar Amerika. Kedua yakni pada pergeseran kebiasaan konsumen yang saat itu mayoritas bertransaksi dari platform mobile ketimbang layar desktop.
Fenomena ini menandai bahwa lebih banyak orang yang melek mobile shopping ketika berbelanja produk di e-commerce. Sedangkan tahun 2016 lalu, pencapaian Alibaba pada perayaan tersebut meroket hingga 20 miliar dolar Amerika.
Semakin ke sini, perayaan Singles Day tidak lagi dimonopoli Alibaba. Sudah mulai banyak tebaran diskon yang datang dari pelaku retail daring lain.
Beberapa dari kita yang di Asia Tenggara, khususnya Indonesia, sejak tahun lalu telah merasakan euforia belanja Singles Day ini. Menurut catatan Criteo, sebuah perusahaan teknologi pemasaran asal Prancis, gelaran Singles Day 2016 di Indonesia, Singapura dan Taiwan mampu melipatgandakan transaksi belanja hingga 254% dari ambang normal.
Ini artinya, orang-orang di semenanjung tenggara Asia juga begitu antusias dengan kehadiran Singles Day. Memang sih, siapa juga yang tidak ingin belanja bila diberi penawaran harga super miring?
Berkaca dari tahun lalu, hajatan Singles Day di Indonesia diprediksi akan semakin hits. Apalagi kali ini semakin banyak e-commerce populer yang ambil bagian.
Baca juga: Alibaba, Singles Day, dan Histeria Gila Belanja