Sejarah Gelap Kolonialisme Prancis di Masa Lalu
https://www.naviri.org/2017/10/sejarah-gelap-kolonialisme-prancis.html
Naviri.Org - Saat ini, Prancis dikenal sebagai negara indah sekaligus beradab. Negeri itu memiliki ikon terkenal berwujud menara Eiffel yang ada di Paris, kota yang disebut terindah di Prancis bahkan terindah di dunia. Setiap tahun, ada jutaan wisatawan dari berbagai penjuru dunia berdatangan ke Prancis. Pendeknya, Prancis kini dikenal sebagai negara yang indah, modern, maju, dan beradab.
Namun, gemerlap negara itu telah menyisakan sejarah yang gelap di masa lalu, berupa penjajahan dan kolonialisme yang pernah dilakukan Prancis di banyak negara. Persoalan ini kembali mengemuka, karena Prancis tampaknya berusaha menutup-nutupi aksi barbarnya di masa lalu, hingga sampai berusaha mengajarkan pada murid-murid di negaranya bahwa penjajahan itu baik. Tentu saja yang dimaksud di situ adalah penjajahan Prancis di masa lalu.
Baca: Upaya Prancis Menutupi Penjajahan Mereka di Masa Lalu
Salah satu penjajahan dan aksi barbar yang pernah dilakukan Prancis di masa lalu adalah penjajahan atas Aljazaier. Pada 1945, tentara Prancis menewaskan ribuan orang Aljazair di sekitar kota Setif dalam perayaan untuk menandai kekalahan Nazi Jerman, dan sekaligus menyuarakan protes pro-kemerdekaan.
Angka resmi dari Prancis menyebutkan sebanyak 1.020 orang tewas, sedangkan menurut versi Aljazair, angka korban tewas diperkirakan mencapai 45.000 jiwa. Menurut Douglas Porch dalam buku berjudul The French Foreign Legion, peristiwa pembunuhan massal di Setif diabaikan dalam sejarah nasional Prancis. Padahal, peristiwa tersebut masih menyisakan trauma bagi penduduk Aljazair bahkan menjalar ke tentara angkatan darat Prancis yang berdarah Aljazair.
Ini sekaligus ironis lantaran tidak berselang lama dari pengesahan Prancis terkait hukum pengajaran kolonialisme, duta besar Prancis untuk Aljazair kala itu, yang dijabat oleh Hubert Colin de Verdière, sudah mengungkapkan permohonan maaf atas nama pemerintah Prancis atas tragedi pembantaian di kota Setif silam.
Sementara itu, kawasan Afrika lain seperi Kamerun, Senegal, hingga Madagaskar, juga mengalami masa-masa represi keras di tahun 1940-an oleh Prancis. Di Madagaskar, para tentara Prancis pada 1947 pernah membantai ribuan orang dengan dalih menumpas pemberontakan yang menyuarakan kemerdekaan.
Kala itu, Prancis menurunkan tiga kali lipat pasukan termasuk dari daerah koloni lain di Afrika sekitar 18.000 orang ke pulau Madagaskar, guna membendung kaum nasionalis Madagaskar. Taktik teror baik fisik maupun psikologis dilakukan. Kekuatan militer tersebut kemudian melakukan eksekusi mati secara massal, penyiksaan, pemerkosaan, hingga membakar desa-desa.
Dihimpun oleh Philippe Leymarie dalam artikelnya berjudul "Deafening Silence on a Horrifying Repression", laporan dari pemerintah Prancis merilis sebanyak 89.000 orang Madagaskar tewas dalam konflik ini. Menurut Komisaris Tinggi di Madagaskar, jumlahnya bahkan lebih dari itu, mengingat banyak yang melarikan diri ke hutan dan tewas sehingga angka korban jiwa lebih dari 100.000.
Pada 1950, pemerintah Prancis malah merevisi jumlah korban tewas dalam konflik langsung sebanyak 11.342, dan sisanya meninggal akibat dampak lanjutan seperti kelaparan dan kelelahan dalam pelarian.
Benjamin Stora, seorang sejarawan spesialis mengenai Aljazair mengatakan kala itu bahwa lebih dari 40 tahun setelah meninggalkan bekas koloninya, Prancis masih harus menghadapi masalah kejujuran terkait perannya selama di Algeria.
“Prancis tidak pernah mengambil sejarah kolonialnya. Ini menjadi perbedaan besar dengan negara-negara Anglo-Saxon, dimana studi post-kolonial sekarang diajarkan di semua universitas mereka,” tutur Stora.
Stanford Encyclopedia of Philosophy 2006 menggunakan istilah kolonialisme untuk menggambarkan proses penyelesaian Eropa serta kontrol politik atas seluruh dunia, termasuk di Amerika, Australia, sebagian Afrika dan juga Asia.
Lebih lanjut, kolonialisme merupakan suatu konsep umum yang mengacu pada proyek dominasi politik Eropa mulai dari abad 16 hingga ke abad 20 yang berakhir dengan gerakan pembebasan nasional yang banyak terjadi.
Selama abad ke 19 hingga 20, kekaisaran kolonial Prancis adalah salah satu yang terbesar di dunia setelah kerajaan Inggris, Kekaisaran Rusia, dan Kekaisaran Spanyol. Hampir seluruh benua pernah disinggahi dan dikoloni oleh Prancis, mulai dari Amerika, Afrika, Asia, Oseania bahkan Antartika.
Menurut Alfred William Brian Simpson dalam buku berjudul Human Rights and the End of Empire: Britain and the Genesis of the European Convention, kekaisaran kolonial Prancis mulai jatuh selama Perang Dunia Kedua ketika banyak dari daerah jajahan mereka diduduki oleh kekuatan asing.
Baca juga: Kisah dan Fakta-fakta Gelap di Balik Sejarah Columbus