Di Masa Depan, Tidak Ada Lagi Mobil Berbahan Bakar Bensin
https://www.naviri.org/2017/10/mobil-masa-depan.html
Naviri.Org - Sejak peradaban manusia mengenal mobil, sejak itu pula kebutuhan bakar minyak—khususnya bensin—meningkat. Pasalnya, bensin dibutuhkan untuk dapat menggerakkan mesin mobil, agar dapat dikendarai. Dulu, ketika jumlah mobil di dunia masih sedikit, dan persediaan bahan bakar masih melimpah di bumi, bisa dibilang tidak ada masalah. Tetapi, seiring waktu, masalah mulai terlihat.
Makin hari, jumlah manusia terus bertambah. Seiring dengan itu, jumlah kendaraan, khususnya mobil, juga bertambah. Karena jumlah kendaraan bertambah, kebutuhan bahan bakar minyak pun terus meningkat. Akibatnya, persediaan minyak bumi makin menyusut dari waktu ke waktu. Karena, bagaimana pun, bahan bakar minyak tidak bisa diperbarui. Ia hanya bisa digali dari bumi, dan tergantung persediaan yang ada. Jika persediaan habis, maka tamatlah riwayat bahan bakar mobil.
Karena kenyataan itu pula, para ilmuwan pun memutar otak, mencari jalan keluar bagaimana agar kendaraan—khususnya mobil—dapat terus ada di dunia, namun tidak lagi bergantung pada bahan bakar minyak. Jawaban yang menjadi hasil pemikiran mereka adalah mobil listrik!
Mobil listrik memungkinkan sebuah mobil dapat dikendarai dan dijalankan, tanpa harus bergantung pada bensin, karena kali ini menggunakan energi listrik. Selain lebih praktis, energi listrik juga lebih bersih dibanding energi berbahan bakar minyak, karena rendah emisi. Karenanya, sejak mobil listrik diciptakan, berbagai negara pun berlomba-lomba mengenalkannya pada masyarakat, dengan harapan agar orang-orang mulai mengganti mobil mereka dengan mobil listrik.
Studi terbaru dari KPMG berjudul Global Automotive Executice Survey 2017 yang mewawancarai hampir 1.000 senior eksekutif industri otomotif di 42 negara, menunjukkan bahwa proyeksi tren pengembangan mesin mobil hingga 2023, proporsi mesin mobil berbasis listrik akan meningkat dari 4 persen di 2016 menjadi 7 persen pada 2023—berdasarkan permintaan pasar.
Bila ada campur tangan regulator, maka bisa menambah proporsi produksi mesin mobil berbasis listrik hingga 30 persen pada 2023. Mobil berbasis listrik mencakup hybrid, hybrid plug-in, mobil listrik baterai, dan fuel cell.
Pemerintah Indonesia juga menyiapkan draft Peraturan Presiden (Perpres) tentang pemanfaatan tenaga listrik untuk transportasi. Rancangan regulasi tersebut dibahas serius oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Kementerian Keuangan dan Kementerian Perindustrian. Salah satu hal yang dibahas termasuk masalah perpajakan. Pasalnya, sistem perpajakan yang berlaku saat ini, impor mobil listrik akan menjadi sangat mahal harganya bagi konsumen di Indonesia.
Sebagai contoh, untuk mobil jenis sport utility vehicle (SUV) berteknologi hybrid saja dikenakan bea masuk sebesar 20 persen dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) 10 persen, yang pada akhirnya berdampak pada harga jual yang bisa mencapai miliaran.
Beberapa negara lain juga merencanakan pelarangan penjualan kendaraan berbasis energi fosil mulai 2030. Antara lain Jerman, Inggris, Amerika Serikat (AS) dan India. Sedangkan Norwegia yang saat ini menjadi salah satu negara yang sangat serius beralih ke kendaraan listrik akan melarang penjualan kendaraan bahan bakar fosil mulai 2025.
Demi menyongsong era itu dan merangsang konsumen, sejumlah negara telah membuat regulasi menarik terkait percepatan penggunaan kendaraan listrik. Pemerintah Norwegia memberikan insentif bagi pembangunan stasiun pengisian listrik umum (SPLU) dan menyediakan sumber listrik dan parkir gratis di 400 stasiun.
Pemerintah Jerman membebaskan kendaraan listrik dari pajak tahunan dan membebaskan pajak kendaraan listrik selama 5 tahun untuk lisensi di bawah tahun 2020. Inggris juga membebaskan pajak jalan tahunan untuk kendaraan listrik dan memberikan subsidi hingga 8.000 dolar AS bagi sembilan model mobil listrik.
Hal serupa juga diterapkan oleh Amerika Serikat dan India. Kedua negara itu memberikan keringanan pajak terhadap kendaraan listrik. Akhirnya, tren ini akan terus berkembang ke negara-negara lain, hingga perlahan namun pasti mobil berbahan bakar bensin akan terus berkurang, digantikan mobil berenergi listrik. Karenanya, di masa depan, kita tidak akan melihat lagi mobil berbahan bakar bensin seperti yang kita kenal sekarang.
Baca juga: Mengenal Gesits, Motor Listrik Pertama Buatan Indonesia