Sejarah dan Perkembangan Lagu Anak di Indonesia
https://www.naviri.org/2017/07/lagu-anak.html
Padahal, di masa lalu, lagu anak pernah menjadi tren di Indonesia. Lagu-lagu anak di negeri ini bisa dilacak jauh ke belakang, sampai ke era pencipta lagu anak legendaris semisal Ibu Sud, Pak Kasur, Bu Kasur, dan masih banyak lagi. Secara industri, lagu anak bahkan bisa dibilang sudah ada sejak era gramofon, yaitu sekitar dekade 1950-an.
Booming lagu anak dimulai pada 1975, ketika Chica Koeswoyo (putri Nomo Koeswoyo) merilis lagu berjudul “Helly”. Lagu itu sekaligus mengangkat nama Chica Koeswoyo sebagai artis cilik. Sejak itu, anak-anak musisi tenar juga mulai menyanyi dan direkam. Chica sendiri merekam beberapa buah album. Pengaruh terbesar dari Chica adalah munculnya generasi penyanyi cilik yang punya orang tua musisi.
Setelah Chica Koeswoyo, muncul nama-nama lain, seperti Adi Bing Slamet (anak Bing Slamet), Bobby Sandhora (anak Titiek Sandora), Santi Sardi (anak Idris Sardi), hingga Debbie Irama (anak Rhoma Irama). Selain itu, ada pula Ira Maya Sopha, Dina Mariana, Diana Papilaya, hingga Puput Novel.
Popularitas lagu anak di masa lalu bahkan mampu menarik musisi-musisi hebat untuk ikut terjun, hingga lagu anak memiliki kualitas yang tak kalah dibanding lagu-lagu dewasa. Pada akhir 1950-an atau awal 1960-an, Jack Lemmers, musisi jazz legendaris yang juga ayah Indra Lesmana, sempat pula mengaransemen beberapa lagu anak. Salah satu hasilnya adalah album “Balonku”, yang dinyanyikan oleh Endi dan Adi Karso.
Pada 1962, muncul album lagu anak bertajuk “Sluku2 Batok”, yang dibawakan oleh Orkes Kelana Ria Bersama Langen Gita. Album itu berisi 12 lagu yang menawan, serta musiknya digarap dengan serius.
Setelah sempat booming, lagu anak Indonesia mengalami masa surut pada era 80-an, kemudian kembali bergairah pada era 90-an. Pada masa itu, muncul penyanyi-penyanyi cilik seperti Trio Kwek Kwek, Joshua, Tasya, hingga Sherina.
Setelah era Joshua dan Sherina berakhir, sepertinya belum ada lagi lagu anak yang menarik, apalagi di skala industri. Lagu anak dianggap kurang menjual. Kalau pun ada, lagu anak digarap jauh dari kata serius. Terkesan sekadar ada. Padahal di Amerika Serikat atau Inggris, label-label besar serius merilis album-album apik untuk anak. Seperti Beatles for Kids, atau seri Rockabye Baby! Lullaby Renditions of ... yang menggarap ulang lagu-lagu dari band legendaris.
Kenyataan ini memang cukup memprihatinkan. Karena ketiadaan lagu-lagu anak yang tepat, anak-anak Indonesia di masa kini pun kesulitan menemukan lagu yang tepat untuk mereka. Akibatnya, mereka lebih akrab dengan lagu-lagu dewasa, karena hanya itulah yang mereka dengar di mana-mana.
Baca juga: Asal Usul dan Sejarah Popularitas Sinetron