Daftar Pemimpin Dunia yang Menjadi Mumi
https://www.naviri.org/2017/06/mumi.html
Naviri.Org - Mumi adalah jasad yang diawetkan melalui proses pembalseman. Pengawetan jasad semacam itu populer di Mesir, khususnya pada zaman Firaun. Karenanya, kita pun sering mendengar mumi raja-raja Mesir, seperti Tutankhamun, dan lain-lain.
Pembalseman atau pengawetan jasad menjadi mumi juga dilakukan di abad modern, khususnya pada abad ke-20. Beberapa pemimpin dunia yang telah meninggal diawetkan jasadnya hingga menjadi mumi. Tujuan pemumian itu biasanya untuk mengenang sang pemimpin agar ajarannya abadi. Setidaknya ada 18 mumi di era modern yang masuk kategori pemimpin negara hingga ilmuwan yang jasadnya diabadikan.
Beberapa pemimpin dunia yang jasadnya menjadi mumi di antaranya adalah Lenin, Stalin, Mao Zedong, Kim Jong-Il, Kim Il-sung, Ho Chi Minh, Georgi Dimitrov, Klement Gottwald, dan Khorloogiin Choibalsan. Semua nama itu merupakan tokoh komunis. Sebagian dari mereka juga sudah ada yang dimakamkan—tidak seterusnya dipelihara sebagai mumi.
Vladimir Ilyich Lenin menjadi pemimpin komunis Soviet pertama yang jasadnya diabadikan dengan cara dibalsem. Riwayat pembalseman Lenin berawal ketika penemuan mumi Tutankhamun di Mesir pada 1922. Temuan itu turut menginspirasi para tokoh komunis Soviet untuk membalsem Lenin yang meninggal berselang 2 tahun pasca penemuan mumi sang Firaun.
Sebenarnya, Lenin ingin jasadnya dikuburkan. Namun, ketika dia meninggal, ada sekitar 10.000 telegram dari publik Soviet yang menghendaki pengawetan jasad Lenin. Rakyat Soviet ingin jasad sang pemimpin mereka abadi, agar bisa diperlihatkan kepada generasi selanjutnya. Maka jasad Lenin pun diabadikan menjadi mumi.
Selain Lenin, pemimpin Soviet lain yang jasadnya diabadikan sebagai mumi adalah Stalin. Dia meninggal pada 1953, dan jasadnya dibalsem serta ditempatkan berdampingan dengan jasad Lenin. Namun, sejak 1961 ada upaya memudarkan jejak pengaruh Stalin. Sejak itu, jasad Lenin dan Stalin terpisah di lokasi yang berbeda.
Selain Soviet, Vietnam juga melakukan pembalseman untuk pemimpin mereka. Ho Chi Minh, pemimpin Vietnam, sebenarnya ingin dikremasi setelah meninggal. Namun, rakyat Vietnam justru membalsem dan mengabadikan jasad Ho Chi Minh dalam sebuah peti kaca di sebuah tempat bernama Ho Chi Minh Mausoleum di Hanoi.
Kemudian, Mao Zedong, pendiri dan pemimpin Cina, juga termasuk tokoh dunia yang jasadnya dimumikan. Kenyataan itu cukup ironis, mengingat Mao Zedong adalah orang pertama yang menandatangani proposal tentang ketentuan para pemimpin yang bersedia dikremasi setelah mati.
Kini, jasad Mao Zedong justru abadi, disemayamkan dalam sebuah peti kristal di kawasan Lapangan Tiananmen, Beijing. Proses pembalseman Mao dikabarkan tak terlalu sukses. Karena itu, hingga kini hanya keluarga dan orang terdekat yang boleh menjenguk tempat persemayamannya.
Tak jauh beda dengan Mao Zedong, pendiri Korea Utara, Kim Il-Sung, juga dimumikan ketika meninggal. Jasadnya yang abadi ditempatkan di sebuah istana memorial di Pyongyang. Lokasi itu disebut-sebut sebagai bangunan super megah dengan julukan “megalomaniac communist fascist”.
Dua presiden Taiwan, yaitu Chiang Kai-shek dan putranya, Chiang Ching-kuo, juga mengalami hal serupa. Sejak awal mereka ingin dimakamkan di Fenghua, sebuah tempat di provinsi Cina daratan. Namun, permintaan dua pemimpin itu sulit dipenuhi karena Cina menjadi musuh politik Taiwan. Akhirnya, jalan tengah ditempuh, dengan mengawetkan jasad keduanya, sebelum ada keputusan dari kedua negara. Kini jasad ayah dan anak itu disimpan di kawasan Cihu, Taiwan.
Pemimpin negara lain yang diabadikan jasadnya adalah mendiang Presiden Filipina, Ferdinand Marcos. Dia meninggal pada 1989 di pengasingan. Sang istri, Imelda Marcos, terus mengupayakan agar jasad sang suami dikuburkan oleh pemerintah Filipina. Marcos termasuk mantan pemimpin dunia yang berhasil abadi di luar para pemimpin komunis.
Selain nama-nama di atas, ada pula beberapa pemimpin dunia yang jasadnya sempat diabadikan melalui pembalseman, tetapi akhirnya dimakamkan secara normal. Georgi Dimitrov misalnya, pemimpin komunis Bulgaria ini meninggal pada 1949 saat berada di Soviet. Jasadnya dibalsem oleh pemerintah setempat. Setelah dipulangkan ke negaranya, jasad Dimitrov ditempatkan di Sofia. Raga sang pemimpin sempat dikremasi pada 1999, dan abunya dikubur.
Hal serupa juga dialami oleh jasad tokoh komunis dan mantan presiden Cekoslovakia, Klement Gottwald, yang sempat dibalsem pada 1953. Kematiannya tak terpaut jauh dari waktu kematian Stalin. Selama hampir 10 tahun jasadnya abadi. Pada 1962, keabadian jasadnya berakhir dengan kremasi. Penyebabnya adalah proses pembalseman yang kurang sukses.
Sementara nasib tragis dialami oleh istri presiden Argentina Juan Peron, yaitu Evita Peron, yang meninggal 26 Juli 1952 karena kanker. Jasad ibu negara ini sempat diabadikan dan dipindahkan ke berbagai negara, pasca lengsernya sang suami. Jasadnya menjadi misteri selama hampir 20 tahun. Evita akhirnya dikubur di Buenos Aires, Argentina, pada 1974. Nama lain yang juga mengalami hal tak jauh beda adalah mantan presiden AS Abraham Lincoln, yang juga sempat diawetkan.
Belakangan, rakyat Venezuela juga mengingingkan pemimpin mereka, Hugo Chavez, diabadikan sebagai mumi, untuk diawetkan di peti kaca layaknya Lenin, Stalin, hingga Mao Zedong. Sayangnya, keputusan pemerintah Venezuela untuk mengabadikan jasad Chavez sangat telat, karena baru ditetapkan 2 hari setelah sang pemimpin menutup mata. Para ahli pengawetan mayat dari penjuru dunia, termasuk Rusia, angkat tangan. Mereka tak bisa berbuat banyak menghadapi kondisi jenazah Chavez yang sudah terlanjur rusak.
Hugo Chavez akhirnya dimakamkan di museum militer di Gunung Caracas, setelah disemayamkan selama sepekan di Akademi Militer. Ia pun batal masuk dalam daftar pemimpin dunia yang tetap abadi melalui pembalseman.