Hukum Alam Paling Brutal (2)
https://www.naviri.org/2016/12/hukum-alam-paling-brutal-2.html
Naviri.Org - Artikel ini lanjutan artikel sebelumnya (Hukum Alam Paling Brutal ~ 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik, sebaiknya bacalah artikel sebelumnya terlebih dulu.
Bandingkan kedua tangan itu, dan kau akan membuktikan bahwa kedua tangan itu sama-sama telah menjadi berbeda, meski keduanya masih sama-sama tanganmu.
Apa yang menyebabkan perbedaan ini? Jawabannya sama, yakni karena kedua tangan itu menghadapi satu hukum alam yang paling brutal bernama hukum entropi. Satu tangan yang terus digunakan akan terus kuat, sehat dan awet, sementara satu tangan yang lain yang tak pernah kau gunakan menjadi lumpuh dan kehilangan kekuatannya.
Untuk kesekian kalinya hukum entropi membuktikan kebrutalannya yang tanpa kompromi, bahwa apa pun yang kau gunakan akan terus menjadi milikmu, sementara apa pun yang tidak pernah kau gunakan akan hilang dari dirimu.
Kemudian kau mungkin ingin bertanya, “Baiklah, hukum entropi memang mungkin membuat segala hal yang tidak digunakan menjadi hancur dan kehilangan kekuatannya. Tetapi bagaimana dengan orang-orang yang menghadapi kecelakaan hingga harus kehilangan tangannya meski ia terus menggunakan tangan itu?”
Perhatikan, hukum entropi tidak membuat barang-barang menjadi hilang, tetapi menjadikan kekuatan yang ada pada barang-barang itu menjadi hilang. Kalau tangan dan kakimu tidak pernah kau gunakan sama sekali, tangan dan kakimu tidak akan hilang, tapi kekuatan yang ada pada tangan dan kaki itu akan hancur dan tidak ada lagi. Segala macam kecelakaan itu bukanlah efek dari hukum entropi, melainkan karena hal lain, yang bisa saja diakibatkan oleh orang bersangkutan karena menggunakan barang-barang miliknya dengan cara yang tidak benar. Hukum entropi tidak menghilangkan barang, melainkan menghilangkan kekuatan yang ada pada barang yang tidak digunakan.
Hukum entropi menyatakan, “Gunakan atau kehilangan.” Sementara soal bagaimana cara kita menggunakan semua yang kita miliki adalah persoalan kita. Kita bisa menggunakannya dengan cara yang benar, atau juga bisa menggunakannya dengan cara yang salah.
Semua keuntungan maupun kerugian yang dihasilkan dari cara penggunaan itu sepenuhnya menjadi milikmu. Tak ada orang yang dirugikan atau pun diuntungkan dari cara penggunaan itu selain hanya dirimu. Jangankan cuma soal cara menggunakannya, bahkan umpama kau tidak menggunakannya sama sekali pun, hanya dirimu sendirilah yang akan merasakan akibatnya.
Nah, sekarang kita akan masuk pada penjelasan yang lebih penting menyangkut hukum entropi. Kalau barusan kita sudah membahas hal-hal yang tampak, sekarang kita akan membicarakan hal-hal yang tidak tampak, namun tetap harus mematuhi hukum ini.
Sebagaimana yang sudah disinggung sedikit di atas, hukum entropi berlaku bagi segala sesuatu yang terlihat, namun hukum entropi juga berlaku bagi segala sesuatu yang tidak terlihat. Bagaimana penjelasannya?
Kita mulai dari otak. Pernahkah kau melihat otakmu? Otak yang kita miliki, yang meskipun belum pernah kita lihat, juga harus mematuhi hukum entropi yang brutal itu; gunakan atau kehilangan.
Otak kita adalah struktur yang paling rumit di alam semesta. Di dalam otak kita yang seberat tiga pon itu terdapat tiga belas milyar sel syaraf, sel yang berjumlah lebih dari tiga kali lipat jumlah orang di bumi. Untuk membantu kita mengarsipkan setiap persepsi, setiap rasa, setiap bunyi, setiap bau, setiap tindakan yang kita alami sejak hari kelahiran, Tuhan sudah menanamkan, di dalam setiap sel-sel kita, lebih dari seribu milyar molekul protein.
Setiap kejadian dalam kehidupan kita menunggu di sana untuk kita panggil kembali. Dan, untuk membantu otak kita dalam mengendalikan tubuh, Tuhan juga sudah menyebarkan di seluruh tubuh kita, empat ratus juta struktur yang peka terhadap rasa nyeri, lima ratus ribu detektor sentuhan, dan lebih dari dua ratus ribu detektor suhu.
Melalui otak inilah seluruh denyut kehidupan kita diatur. Oleh siapa? Oleh diri kita sendiri!
Butuh banyak waktu untuk menjelaskan bagaimana kekuatan otak akan mempengaruhi kehidupan kita secara menyeluruh. Tetapi yang perlu ditekankan di sini, otak kita yang telah dianugerahkan oleh Tuhan ini adalah seperti sebilah pisau yang tajam. Sekali lagi, otak kita seperti sebilah pisau yang tajam!
Dan sebilah pisau yang setajam apa pun akan segera menjadi aus dan berkarat jika tidak pernah digunakan. Bukankah begitu?
Kita sudah sering mendengar bahwa setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah atau suci. Tetapi pernahkah kau mendengar bahwa setiap manusia dilahirkan dalam keadaan jenius? Nah, sekarang saya ingin menyatakan bahwa setiap orang, termasuk dirimu, dilahirkan dalam keadaan jenius! Kau adalah seorang jenius yang tidak menyadari kejeniusanmu sendiri!
Ya, setiap orang (termasuk dirimu) dilahirkan dalam keadaan jenius, sebagaimana setiap orang (termasuk dirimu) dilahirkan dalam keadaan bisa berbicara. Anak yang dilahirkan oleh orangtua bisu tetap akan bisa berbicara jika ia diasuh oleh orang yang bisa berbicara.
Mengapa? Karena meski ia dilahirkan oleh orangtua yang bisu, pada hakikatnya ia dilahirkan dalam keadaan bisa berbicara. Dan anak yang dilahirkan oleh orangtua yang bisa berbicara akan menjadi bisu kalau ia diasuh oleh orang yang bisu. Mengapa? Jawabannya sama, yakni karena potensinya untuk menjadi manusia yang bisa berbicara dimatikan oleh pola asuh dari orangtua yang tidak bisa berbicara (bisu).
Begitu pun halnya bahwa setiap orang dilahirkan dalam keadaan jenius. Kita, dan orang-orang yang kita kenal dalam kehidupan ini, semuanya dilahirkan dalam keadaan jenius, siapa pun orangnya, di mana pun tempat tinggalnya, seperti apa pun status sosialnya, apa pun jenis kelaminnya! Hanya saja, pola asuh beserta lingkungan tempat kita tinggallah yang kemudian menumbuhkan atau malah justru mematikan kejeniusan kita.
Dan... sayangnya, lingkungan kehidupan kita lebih banyak membunuh potensi kejeniusan kita daripada membangun dan menumbuhkannya! Dan karena kita tak bisa mengelak dari hukum entropi, maka kejeniusan itu pun kemudian aus dan berkarat, karena kita tidak pernah menyadari, apalagi sampai menggunakannya.
Itulah yang menyebabkan mengapa sejak awal saya katakan bahwa hukum entropi inilah yang merupakan hukum alam paling brutal di dunia, karena ia tidak peduli apakah kita sudah paham atau belum, ia tidak mau berkompromi apakah kita sudah siap ataukah belum. Yang dilakukan hukum ini hanyalah menjalankan peraturannya untuk memusnahkan dan menghancurkan apa pun yang kita miliki namun tidak pernah kita pergunakan dalam hidup, termasuk kejeniusan kita, termasuk besarnya potensi kemanusiaan kita!
Saya akan menceritakan kepadamu suatu kisah nyata yang menunjukkan dengan pasti bahwa orang yang memiliki keterbelakangan mental pun tetap memiliki kejeniusan semenjak ia dilahirkan.
Yoshiko Yamamoto dianggap sebagai salah satu pemahat jenius di dunia ini, meski dia mengalami keterbelakangan mental atau idiot.
Ketika Yoshiko Yamamoto, penduduk Nagoya Jepang, masih berusia enam bulan, para dokter mengatakan kepada orangtuanya bahwa ia mengalami keterbelakangan mental. Keadaannya yang tunarungu akan membuatnya sukar untuk berbicara, dan IQ-nya yang begitu rendah akan membuat masa depannya kelihatan gelap.
Tapi kemudian ada seorang guru pendidikan khusus, Tahashi Kawasaki, yang tertarik kepada anak ini. Lambat laun, Yamamoto mulai bisa tersenyum di dalam kelas. Kemudian ia belajar menyalin huruf-huruf dari papan tulis, dan menggambar kartun-kartun dari majalah.
Suatu hari, Yamamoto berhasil membuat sketsa yang akurat dari Puri Nagoya. Kawasaki lalu menganjurkan muridnya agar memindahkan sketsanya ke kayu dan mendorongnya agar memusatkan perhatiannya pada seni cukilan kayu. Begitulah, sampai akhirnya Yamamoto memenangkan hadiah pertama dalam lomba seni rupa. Hari ini, hasil karyanya sangat digemari orang di seluruh dunia.
Bahwa Yoshiko Yamamoto memiliki keterbatasan, ternyata itu bukanlah sesuatu yang penting. Yang penting ialah bahwa ia bisa mengolah dan mengembangkan potensinya, sesuatu yang telah diberikan Tuhan secara khusus kepadanya. Bahwa Yoshiko Yamamoto memiliki keterbatasan berupa keterbelakangan mental, itu memang fakta. Tetapi bahwa Tuhan juga telah menganugerahkan kejeniusan di dalam dirinya, itu juga fakta yang tak terbantahkan.
Contoh lain yang juga bisa dijadikan bukti yang sama kuat dalam hal ini adalah BP. Burkland, salah satu orang paling kaya di Amerika.
Ketika dilahirkan, BP. Burkland divonis memiliki keterbelakangan mental, sekaligus mengidap penyakit polio yang melumpuhkan kedua kakinya. Dia tidak bisa merangkak atau berjalan sebagaimana bayi-bayi lain dalam masa pertumbuhannya. Orangtuanya kemudian meletakkannya di dalam sebuah kotak kayu.
Pada suatu hari, ketika masih kanak-kanak, dia sempat berdiri dengan berpegangan pada kotak kayunya dan tanpa sengaja menghadap ke arah cermin. Ketika dia melihat dirinya sendiri, melihat bahwa dia tidak berbeda dengan anak-anak lain, dia pun mulai menggerakkan tangan dan kakinya.
Dia memang mengalami keterbelakangan mental sebagaimana yang dikatakan oleh para dokter dan orangtuanya, tetapi dia sendiri tidak mengetahui fakta itu, dan dia tidak pernah merisaukan tentang hal itu. Karena dia tidak menghiraukan keterbelakangan mentalnya, dia bisa melihat dirinya sendiri dengan jernih, bahwa dia tak berbeda dengan anak-anak yang ‘waras’, juga bahwa dia sama dengan anak-anak lain yang dapat berjalan, dan tidak hanya ada di dalam sebuah kotak kayu.
Dari situlah kemudian dia mendapatkan visi baru tentang dirinya sendiri, dan sejak itu ia tidak pernah kembali ke kotak kayunya. Pada akhirnya, kehadiran visi baru akan dirinya itu bahkan mengubah kehidupannya hingga ia berhasil menjadi salah satu orang terkaya di Amerika.
Dalam salah satu pidatonya, ia menyatakan, “Misi saya adalah mengatakan kepada semua orang, bahwa Anda tidak perlu hidup di dalam kotak kayu!”
Pertanyaan memprihatinkan yang harus segera kita renungkan sekarang adalah; kalau orang-orang yang divonis memiliki keterbelakangan mental saja bisa mengubah kehidupannya dengan berkat besar yang ada di dalam dirinya, mengapa kita yang memiliki mental yang sehat tidak bisa...? Dan kalau mereka yang disebut idiot saja bisa menunjukkan kepada dunia bahwa mereka memiliki kejeniusan, mengapa kita tak percaya bahwa kita juga memiliki kejeniusan yang sama?
Baca lanjutannya: Hukum Alam Paling Brutal (3)