The Power of Love (3)
https://www.naviri.org/2016/11/the-power-of-love-page-3.html
Naviri.Org - Artikel ini lanjutan artikel sebelumnya (The Power of Love 2). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik, sebaiknya bacalah artikel sebelumnya terlebih dulu.
Tak ada siapa pun yang tahu ke mana kedua orang itu pergi, tak ada siapa pun yang tahu di mana sepasang kekasih itu bersembunyi. Yang diketahui kemudian hanyalah bahwa pesta perkawinan yang telah disiapkan itu kemudian hancur total, karena mempelai perempuan hilang entah kemana dengan membawa emas-emas pemberian calon suaminya. Kedua keluarga dari kedua mempelai menanggung malu dan aib yang luar biasa.
Berita itu pun kemudian menjadi berita yang sangat menggemparkan bagi warga kota kami, sekaligus bagi teman-teman Salma dan Salwa di kampus mereka.
Sementara itu, Salma dan Salwa yang bersembunyi di suatu tempat yang tak diketahui siapa pun, menyatukan cinta kasih mereka dengan janji sehidup semati. Mereka hidup dengan menumpang pada sebuah rumah milik famili Salwa yang dipercaya, dan di sanalah mereka melewati hari-hari mereka dengan cinta kasih, sekaligus keprihatinan karena merasa hidup dalam pelarian.
Seseorang yang bersimpati atas nasib mereka berdua kemudian menemui sepasang kekasih itu, dan memberi nasihat agar mereka sebaiknya pulang dan menghadapi kenyataan, daripada terus menjadi pelarian dengan nasib tak jelas seperti itu. Dia menyarankan agar mereka pulang saja, karena menghadapi kenyataan yang jelas meskipun pahit, itu lebih baik daripada hidup dalam keprihatinan dan menunggu nasib yang tak jelas.
Berdasarkan nasihat bijak itu, Salma dan Salwa pun kemudian memutuskan pulang untuk kembali ke daerah mereka, dan bertekad untuk menghadapi kenyataan, apa pun yang terjadi.
Mereka pun lalu pulang, setelah beberapa bulan hidup di dalam pelarian.
Kepulangan kedua kekasih itu disambut kemarahan luar biasa dari banyak keluarga. Keluarga Salma langsung mengusirnya, dan tak lagi mengakuinya sebagai anak karena telah mempermalukan nama baik keluarga, sementara keluarga Salwa juga tak mau menerima kehadirannya, karena dianggap telah mencoreng wajah keluarganya. Dua kekasih itu pun terusir dari rumah mereka, dan kehilangan keluarganya.
Sementara keluarga si guru, cowok yang hampir menjadi suami Salma, melakukan tuntutan hukum terhadap Salwa, karena dinilai telah mempermalukan keluarga mereka di depan umum. Salwa pun ditangkap, kemudian ditahan untuk menunggu kasus itu dibawa ke pengadilan.
Selama kekasihnya itu berada dalam tahanan, Salma tak mau berpisah dengan Salwa. Ia menemani Salwa dalam ruang tahanan itu, bergenggaman tangan, dipisahkan oleh sebaris jeruji besi yang memisahkan mereka. Dan ketika malam datang, Salma pun tidur di dekat kekasihnya, di ruang tahanan itu, tetap dipisahkan oleh sebaris jeruji besi yang dingin. Salwa ada di dalam, terpenjara, sementara Salma ada di luar, namun ia setia menemani kekasihnya, apa pun yang terjadi, bagaimana pun keadaannya.
Hingga kemudian, kasus itu sampai di meja pengadilan.
Ketika acara ‘pengadilan cinta’ itu digelar di ruang sidang, ribuan mahasiswa dari berbagai kampus yang tahu dan bersimpati pada sepasang kekasih itu, menggelar demo di depan halaman kantor pengadilan.
Mereka membawa poster-poster dan spanduk, serta menuntut agar sepasang kekasih yang saling mencintai itu dibebaskan demi cinta sejati mereka. Beberapa poster mereka ada yang berbunyi, “BEBASKAN CINTA SUCI...!!!”, “INI BUKAN JAMAN SITI NURBAYA!” dan lain-lain.
‘Pengadilan Cinta’ beserta demo mahasiswa yang mendukungnya itu pun segera menjadi berita di berbagai surat kabar. Itu adalah sensasi yang menggetarkan tentang perjuangan sepasang anak manusia, yang berupaya memerdekakan cinta mereka.
Ini adalah perjuangan seorang perempuan yang ingin menunjukkan bahwa ia juga punya hak untuk menentukan jalan hidupnya, dan siapa yang akan menjadi kekasihnya. Ini adalah perjuangan seorang lelaki yang ingin menyatakan kepada dunia, bahwa kekuatan cinta mampu membuatnya tak kenal takut pada jeruji penjara.
Baca lanjutannya: The Power of Love (4)