The Power of Love (2)
https://www.naviri.org/2016/11/the-power-of-love-page-2.html
Naviri.Org - Artikel ini lanjutan artikel sebelumnya (The Power of Love 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik, sebaiknya bacalah artikel sebelumnya terlebih dulu.
Tetapi ternyata apa yang diharapkan oleh sepasang kekasih itu tak sesuai dengan kenyataan. Orang tua Salma sepertinya tak menyukai Salwa yang masih kuliah dan tak memiliki pekerjaan apa pun, dan mereka lebih memilih cowok yang melamar kemarin, yang telah memiliki pekerjaan jelas, telah menjadi guru, telah menjadi pegawai negeri! Mereka menginginkan putrinya itu bahagia, kan? Maka rasanya putri mereka akan lebih bahagia jika menjadi istri si guru yang telah mapan, daripada menjadi istri Salwa yang masih menjadi mahasiswa dan belum punya pekerjaan!
Maka orang tua Salma pun kemudian terang-terangan menunjukkan sikap yang ‘menolak’ Salwa, dan mulai mempengaruhi pikiran anaknya agar meninggalkan Salwa, untuk memilih si guru. Salma tidak terpengaruh, tapi orang tuanya tak putus asa. Mereka bahkan mencoba mendatangi ‘orang pintar’ untuk bisa mengubah pendirian hati anaknya.
Sampai kemudian, keluarga si guru yang dulu melamar Salma kembali datang kepada orang tua Salma untuk menanyakan keputusan yang mereka nantikan, menyangkut lamaran mereka sebelumnya. Kali ini orang tua Salma tidak lagi meminta pendapat anaknya menyangkut keputusannya, namun langsung menerima lamaran itu. Orang tua tentu menginginkan yang terbaik bagi putrinya, kan? Dan mereka pun tentunya bangga jika punya menantu yang berprofesi sebagai guru, pegawai negeri pula!
Maka lamaran itu pun diterima.
Salma berontak dengan keputusan orang tuanya, yang sama sekali tak menghargai perasaan dan hatinya. Dan sekali lagi, orang tuanya meminta bantuan ‘orang pintar’ untuk ‘menundukkan’ hati Salma. Sekali lagi Salma tak bisa apa-apa.
Salwa yang tahu perihal diterimanya lamaran itu segera berusaha untuk menemui orang tua Salma, namun pintu rumah Salma telah tertutup baginya. Lebih dari itu, tanggal pernikahan akan segera ditentukan, dan Salma pun dipingit tak bisa keluar dari rumah.
Salwa merasa berduka, sedih sekaligus frustrasi. Dengan segala cara ia berusaha untuk dapat bertemu Salma, namun seluruh usahanya seakan sia-sia. Dia mencoba menyampaikan pesan-pesannya lewat seorang sahabat yang dipercaya agar bisa disampaikan kepada Salma, namun Salma yang sudah terpengaruh ‘guna-guna’ dari si ‘orang pintar’ seakan tak mempedulikan segala kesedihan dan kepedihan kekasihnya.
Dan undangan perkawinan pun mulai disebar...
Keluarga dari pihak calon mempelai laki-laki telah datang dan memberikan emas serta barang-barang lain yang dibutuhkan untuk menunjang pesta perkawinan, sementara Salma menjadi seperti orang linglung, dan Salwa merasa hidupnya telah hancur...
Rumah Salma telah dihias dengan meriah, bahkan kursi-kursi dan makanan serta pelaminan telah disiapkan. Besok akad nikah itu akan dilaksanakan, dan Salma akan segera resmi menjadi istri si guru.
Namun, pada detik-detik yang amat menentukan itu, cinta sejati menunjukkan kekuatannya. Salma mulai memperoleh kembali kesadarannya. Ia kembali menyadari bahwa dirinya tidaklah mencintai lelaki yang akan segera menjadi suaminya ini, dan cintanya masih tertuju hanya kepada Salwa. Dia tidak bisa melangsungkan perkawinan ini, dan tak bisa mengkhianati cintanya kepada Salwa yang juga mencintainya setulus hati.
Maka Salma yang tengah dilanda kebingungan itu pun kemudian mengambil langkah besar secepatnya. Ia mengemasi beberapa barang yang dirasa penting, memasukkan emas-emas dari calon suaminya ke dalam tas, dan kemudian, tanpa diketahui siapa pun, ia keluar dari kamar, kabur dari rumahnya...
Salma menemui Salwa, menjelaskan semua keadaan dan kesulitannya, dan dengan sepenuh permohonan, dia meminta pada kekasihnya agar menemaninya lari dari kenyataan perkawinan yang akan segera dihadapinya. Salwa yang jatuh cinta setengah mati kepada kekasihnya itu pun tak menolak ajakan itu, dan mereka pun kemudian lari bersama, bersembunyi untuk menyelamatkan cinta kasih mereka.
Baca lanjutannya: The Power of Love (3)