Skandal Seks Keluarga Sultan Brunei (1)
https://www.naviri.org/2016/09/skandal-seks-keluarga-sultan-brunei-1.html
Naviri.Org - Sangat mencengangkan, betapa keluarga Sultan Brunei—yang dari luar tampak baik-baik saja—ternyata menyimpan skandal yang memalukan. Kenyataan itu diungkap dalam sebuah buku berjudul "Some Girls: My Life in a Harem". Buku itu mengisahkan bagaimana keluarga Sultan Brunei, termasuk sang Sultan, kerap berpesta seks dengan banyak perempuan. Penulis buku itu adalah Jillian Lauren, salah satu wanita yang pernah menjadi bagian dari pesta seks keluarga sang Sultan.
Kepada, koran Belgia, De Standard, Jillian Lauren menceritakan bagaimana ia bisa masuk dalam keluarga Sultan Brunei, dan menjadi gundik pemuas seks di sana. Semula, Jillian Lauren bekerja sebagai penari striptis di Amerika Serikat. Suatu waktu, dia mendapat tawaran pergi ke Singapura, untuk menghibur para pebisnis kaya. Tawaran semacam itu adalah hal biasa bagi Jillian Lauren, maka dia pun berangkat ke Singapura.
Namun, saat berada dalam pesawat, Jillian Lauren diberitahu kalau tujuan perjalanan adalah ke Brunei. Jillian Lauren menyatakan, “Sepertinya mereka tidak terbuka, karena terkait dengan keluarga kerajaan.”
Setahu Jillian Lauren, Brunei adalah kerajaan Islam yang terletak di Kalimantan, yang sangat kaya karena minyak. Dia pun menyetujui saja. Setelah tiba di Brunei, Jillian Lauren dibawa menemui adik Sultan, yaitu Jefri, yang waktu itu berusia 30-an. Sejak itu, Jillian Lauren menjadi wanita pemuas seks Jefri, dan sesekali melayani Sultan Brunei.
Yang mengejutkan, waktu itu di sana ada 40-an wanita yang juga bekerja sebagai pemuas Sultan Brunei dan adiknya. “Saya merupakan gadis Amerika pertama,” ujar Jillian Lauren. “Sebelumnya sudah ada wanita dari Thailand, Indonesia, Malaysia, dan Filipina. Saya tak banyak berkomunikasi dengan mereka karena masalah hambatan bahasa. Lagipula, kami tak mungkin membicarakan bagaimana atau mengapa jadi pemuas seks di kesultanan Brunei.”
Jillian Lauren juga sulit memastikan, apakah para wanita muda di sana datang secara sukarela untuk menjadi pemuas seks keluarga Sultan. Jillian Lauren mengatakan, “Saya tidak tahu apakah mereka diculik atau dipingit. Kelihatannya mereka malah bersyukur. Itu terlihat dari kehidupan mengenaskan yang mereka tinggalkan. Namun, tidak soal keputusan mereka menjadi objek seks sultan. Di sana ada beberapa perempuan di bawah umur. Bukan asal Amerika, tapi Asia. Anda dapat memikirkan, sejauh mana seorang berusia 15 tahun bisa mengerti persetujuan pekerjaan seperti itu.”
Saat masih bekerja sebagai pemuas seks keluarga Sultan Brunei, Jillian Lauren harus menyerahkan paspornya. Meski begitu, ia tetap bisa jalan-jalan, meski dengan pengawasan pengawal yang membawa tas penuh uang untuk Jillian belanja. Tidak ada batas pengeluaran untuk belanja. Situasi yang ia alami bisa dibilang mirip sangkar emas. Itu bukan sekadar peribahasa, karena di istana Brunei memang banyak perabotan emas, dinding emas, bahkan karpet ada yang terbuat dari emas.
Jillian Lauren, yang sekarang tinggal di Loas Angeles, menceritakan, “Saya memang jarang melihat kota Brunei, karena tidak boleh keluar istana. Kami hidup di dunia mewah yang dikelilingi tembok. Ada kolam renang, lapangan tenis, pusat kebugaran, bioskop, juga arena bowling. Istana layaknya taman main pangeran, dan kami adalah bagian dari itu.”
Baca lanjutannya: Skandal Seks Keluarga Sultan Brunei (2)