Ternyata Cowok Macho Omongannya Cenderung Kacau
https://www.naviri.org/2016/01/ternyata-cowok-macho-omongannya.html
Naviri.Org - Saat ini, istilah macho sudah mengalami redefinisi. Kalau dulu orang mengidentikkan istilah macho dengan sosok cowok semacam Sylvester Stallone atau Arnold Schwarzenegger, maka sekarang—seiring dengan makin terkenalnya istilah cowok metroseksual—istilah macho pun mulai bergeser dan sekarang istilah macho lebih mungkin dilekatkan dengan sosok semacam Brad Pitt atau David Beckham.
Kita awali dulu topik ini dengan pertanyaan, mengapa ada cowok yang bertubuh macho dan ada pula yang bertubuh ramping atau biasa-biasa saja? Salah satu jawabannya adalah karena suatu hormon yang disebut “testosteron”.
Testosteron adalah hormon cowok yang membuat seorang cowok menjadi “lebih cowok”—dalam bentuknya yang fisikal adalah tampilan tubuh yang berotot atau bodinya yang macho. Nah, salah satu perbedaan antara cowok bertubuh macho dengan cowok yang bertubuh ramping atau biasa-biasa saja adalah karena tingkat jumlah hormon testosteron itu tadi di dalam tubuh mereka. Cowok bertubuh macho memiliki hormon testosteron yang lebih banyak atau lebih besar dibanding cowok yang tidak macho.
(Tetapi perlu diingat bahwa tingginya kadar hormon testosteron ini bukanlah jaminan bahwa seorang cowok akan lebih “hebat” atau lebih “perkasa” dibanding dengan cowok yang memiliki kadar testosteron yang lebih rendah. Jadi, fungsi testosteron hanya sekadar menjadikan seorang cowok memiliki penampilan yang “lebih cowok”, tetapi tidak memberikan jaminan bahwa dia juga akan lebih “perkasa”).
Contoh lain menyangkut besarnya kadar hormon testosteron ini pada diri cowok adalah munculnya bulu-bulu wajah atau bulu-bulu tubuh lain yang lebih lebat atau lebih subur dibanding cowok yang kurang memiliki bulu atau yang bulu-bulu tubuhnya tidak terlalu subur karena rendahnya kadar testosteron di dalam dirinya. Namun ini tetap saja bukan jaminan bahwa seseorang lebih hebat dan lebih perkasa dibanding lainnya, kan? Cowok yang bercambang lebat tidak menjamin dia akan lebih hebat dan lebih perkasa dibanding cowok babyface yang berwajah bersih tanpa bulu.
Nah, pertanyaannya, mengapa ada ungkapan yang menyatakan bahwa cowok bertubuh macho seringkali omongannya cenderung ngaco atau menjadi kacau? Ungkapan ini mungkin tidak terlalu terkenal, namun orang-orang yang terbiasa berinteraksi secara dekat dengan cowok-cowok jenis ini biasanya akan tahu hal itu. Kalau kau kebetulan punya pasangan cowok yang bertubuh macho, kau pun mungkin sesekali akan mendapati tingkah atau ucapan dari cowokmu yang cenderung atau terkesan kacau. Mengapa?
Kelebihan atau berlebihnya tingkat hormon testosteron di dalam diri seorang cowok memang seringkali justru memperlihatkan gejala-gejala yang aneh dan janggal. Pada satu sisi, hormon ini memiliki kelebihan yang membuat seorang cowok dapat tampil secara lebih pede (tentu saja, karena dia merasa dirinya “lebih cowok”), tetapi di sisi lain hormon ini membuatnya “tak mampu mengontrol ucapannya”. Ini bukan soal cerewet atau banyak omong, ini lebih pada soal “kekacauan” dalam bicara yang tak teratur.
Percobaan dan penelitian menyangkut hal yang satu ini pernah diadakan oleh University of Manchester, Inggris. Sekelompok cowok yang menjadi relawan untuk penelitian ini diberi suntikan hormon testosteron secara reguler setiap minggunya.
Nah, dalam waktu satu bulan, kemampuan atau kesukaan mereka berbicara meningkat sampai 20 persen dibanding sebelumnya. Tetapi, kemampuan atau kesukaan berbicara yang meningkat ini sama sekali tidak terkait dengan kemampuan analisis, isi otak atau ingatan yang terdapat pada memori mereka, melainkan hanya sekadar “suka ngomong sendiri” yang cenderung membingungkan orang lain atau lawan bicaranya.
Yang lebih parah, cowok dengan hormon testosteron yang berlebih ini juga berpotensi kehilangan kemampuan-kemampuannya yang lain dalam hal “kontrol diri”. Cowok dengan testosteron berlebih ini bisa kehilangan kemampuan spasialnya, yakni kemampuan yang berhubungan dengan ruang, seperti membaca peta, menentukan arah atau hal-hal lain yang berhubungan dengan strategi. Lebih dari itu, cowok-cowok jenis ini ada kalanya sampai menjadi “linglung” ketika berada di perempatan jalan.
Sampai di sini, pernahkah kau bertanya-tanya, mengapa mayoritas atau setidaknya sebagian besar cowok-cowok yang berprofesi sebagai seniman, ilmuwan, pemikir, penulis atau sastrawan memiliki tubuh atau penampilan fisik yang rata-rata tak bisa dikatakan macho...?
Baca juga: Ini Penyebab Kita Merasa Cemburu