Penyebab Orang Punya Definisi Berbeda tentang Cinta
https://www.naviri.org/2016/01/penyebab-orang-punya-definisi-berbeda.html
Naviri.Org - Pernahkah kau memikirkan bahwa cinta adalah sesuatu yang aneh karena orang seringkali mendefinisikan cinta dalam makna yang berbeda namun (anehnya) kita dapat menerimanya?
Ada orang yang mengatakan cinta adalah sesuatu yang membahagiakan, namun ada juga orang yang menyatakan cinta adalah sesuatu yang menyengsarakan. Ada orang yang mengatakan cinta adalah sesuatu yang serius, namun ada pula yang mengatakan cinta tak lebih dari sekadar permainan.
Sebagian mengatakan cinta adalah kemerdekaan dan kebebasan, sebagian yang lain menyatakan cinta adalah pengabdian dan wujud perbudakan. Ini definisi-definisi yang paradoks, saling bertentangan, kontradiktif—namun anehnya kita tak bisa menyalahkan perbedaan definisi itu, sama halnya kita tak bisa menyatakan salah satunya lebih benar dibanding yang lain.
Lebih dari itu, cara orang dalam memahami, mengartikan dan menjalani cinta pun seringkali berbeda antara satu orang dengan orang lainnya. Ada orang yang berprinsip bahwa satu cinta telah ditakdirkan untuknya, dan untuk itu ia harus bertahan dalam suatu hubungan yang telah dijalinnya, apapun yang telah terjadi dan apapun yang akan terjadi.
Namun ada juga orang yang berprinsip bahwa cinta dan hubungan cinta hanya sekadar proses untuk mencari yang terbaik, sehingga jika suatu hubungan dianggap gagal ia tak akan terlalu kecewa atau berduka untuk kemudian mencari cinta yang lain dan menjalin suatu hubungan yang baru.
Lebih umum lagi, ada orang yang menyatakan bahwa cinta adalah sesuatu yang datang dari mata untuk kemudian turun ke hati. Tetapi, ada yang secara lebih mendalam lagi menyatakan bahwa cinta adalah sesuatu yang datang dari hati kepada hati.
Bagaimana pikiran dan pendapatmu mengenai cinta?
Cobalah eksperimen ini. Kumpulkanlah lima sampai sepuluh orang yang kaukenal ataupun yang tidak kaukenal, lalu mintalah masing-masing dari kalian untuk menyebutkan definisi mengenai cinta, dan bisa dipastikan akan muncul definisi yang berbeda atau bahkan saling bertolak-belakang.
Mengapa ini bisa terjadi? Jawabannya karena masing-masing orang memahami cinta sebagaimana filosofi dasar dalam hidupnya. Bagaimana seseorang tumbuh dan bagaimana seseorang berkembang dalam hidupnya selama ini akan mempengaruhi bagaimana ia akan memandang dan mengartikan cinta.
Secara dasariah (kalau boleh dibilang begitu), cinta sendiri dibagi menjadi enam macam, dan masing-masing dari kita biasanya menjadi “penganut” dari salah satunya. Enam macam jenis cinta yang berbeda itu disebut eros, ludus, storge, mania, pragma dan agape. Kita akan mempelajari mereka satu persatu.
Yang pertama adalah eros. Konon, eros ini salah satu nama dewa Yunani yang pekerjaannya membagi-bagikan bunga cinta kepada manusia, baik cowok ataupun cewek.
Secara teoritis, eros adalah bentuk cinta yang bersifat fisikal—ia romantis dan juga erotis. Orang-orang yang menganut jenis cinta ini biasanya sangat akrab dengan istilah “cinta pada pandangan pertama”. Bagi mereka, cinta itu pertama harus menarik di mata untuk kemudian dapat turun ke hati.
Jadi, daya tarik fisik akan menempati urutan pertama dalam prasyarat mereka untuk dapat jatuh cinta, karenanya hubungan cinta yang dijalin oleh (dan dengan) orang-orang ini pun biasanya menjadi hubungan yang panas, sensual dan...fisikal.
Yang kedua adalah ludus. Ini jenis cinta yang berfilosofi “cinta adalah kebebasan”.
Jadi, bagi para penganut ludus, cinta tidak seharusnya mengikat mereka dalam satu hubungan untuk kemudian mengebiri atau mengurangi kebebasan mereka dalam menjalin hubungan atau interaksi dengan orang yang lainnya. Mereka oke menjalin hubungan cinta dengan seseorang, namun mereka tidak bisa terikat atau diikat, mereka tidak bisa dikekang atau dibatasi, dan biasanya juga sulit untuk diajak berkomitmen dalam satu hubungan yang serius.
Para penganut cinta jenis ludus biasanya lebih suka mengejar seseorang untuk kemudian menundukkannya, daripada menjalin hubungan secara serius dengan orang yang telah ia kejar dan telah ia tundukkan.
Yang ketiga, storge, adalah jenis cinta yang biasanya tumbuh dari suatu kebersamaan atau kecocokan karena lamanya waktu yang telah dijalin dengan seseorang. Para penganut storge biasanya dapat jatuh cinta dengan sahabat yang selalu bersamanya, atau dengan tetangganya yang telah lama ia kenal.
Bagi orang-orang ini, cinta tidak sekadar ketertarikan fisik semata-mata, tetapi lebih pada kecocokan, adanya rasa saling memahami antara satu dengan lainnya, dan juga keyakinan bahwa mereka akan dapat menjalin dan mengembangkan suatu hubungan yang setara dan seimbang serta saling mengerti. Biasanya, para penganut cinta jenis ini juga merupakan orang-orang yang dapat mencintai secara tulus.
Yang keempat, yakni mania, adalah jenis cinta yang mungkin dapat dikatakan mayoritas. Ini adalah cinta yang biasa dijalin oleh kebanyakan dari kita. Ciri-ciri dari cinta jenis ini adalah obsesif (ingin memiliki orang yang dicintai), penuh rasa cemburu (menjadikan kita mudah cemburu bila mengetahui pasangan bersama orang lain yang lawan jenis), serta amat tergantung (ingin selalu bersamanya dan mudah merasa kangen kalau beberapa hari tak bertemu).
Pada taraf yang wajar, cinta jenis mania yang umum ini bisa dikatakan sebagai cinta yang sehat. Tetapi, ketika mulai memasuki taraf yang “tidak wajar”, maka cinta jenis ini pun dapat menjadi destruktif. Orang dapat bunuh diri atau membunuh dalam cinta jenis ini, ketika tingkat obsesi yang ada di dalamnya telah mencapai taraf yang berlebihan.
Nah, yang kelima, yakni pragma, berawal dari istilah pragmatis. Ini jenis cinta yang “sangat biasa-biasa saja”. Realistis sekaligus praktis. Bagi para penganut cinta jenis ini, romantisme dalam hubungan cinta hanyalah sekadar bonus karena cinta bagi mereka tidak hanya sekadar itu.
Mereka adalah orang-orang yang mendasarkan cinta pada penilaian-penilaian yang logis, entah dalam bentuk keseimbangan dirinya dengan sang pasangan, kemungkinan-kemugkinan masa depan yang stabil, tingkat pendidikan yang dapat dikatakan setaraf, ataupun latar belakang yang tak jauh berbeda. Daya tarik fisik semata tidak cukup bagi orang-orang yang menganut cinta jenis pragma ini. Ada sesuatu yang melampaui daya tarik fisik yang dapat menggerakkan cinta dan perasaan cinta mereka.
Terakhir, yang keenam, adalah jenis cinta yang disebut agape. Bisa dibilang ini adalah jenis cinta tertinggi, lebih tinggi dibanding jenis-jenis cinta lainnya. Jadi, bagi para penganut agape, cinta telah melampaui ego atau pesona fisikal semata. Inilah jenis cinta yang tidak mementingkan diri sendiri sama sekali, suatu cinta yang altruistik, bersifat spiritual, dan juga merupakan manifestasi yang paling tinggi dari suatu rasa cinta.
Contoh dari cinta jenis ini mungkin hanya dapat diambil dari cinta seorang ibu kepada anaknya, atau cinta anak kepada orangtuanya. Sebuah cinta yang tulus, sebuah cinta yang tidak memiliki alasan apapun selain cinta itu sendiri.
Baca juga: Cewek Jadi Lebih Seksi saat di Masa Subur