Ini Penyebab Orang Sampai Bunuh Diri karena Cinta (1)
https://www.naviri.org/2016/01/ini-penyebab-orang-sampai-bunuh-diri.html
Naviri.Org - Mengapa Juliet memilih meminum racun ketika mengetahui Romeo telah mati meninggalkannya? Mengapa Roro Mendut menikamkan keris ke dadanya sendiri ketika menyadari Pronocitro telah tiada? Mengapa Sampek dan Engtay rela mati bersama demi cinta mereka? Mengapa Qais menjadi gila dan memilih hidup membujang sampai mati demi kesetiaan cintanya kepada Laila? Mengapa Cleopatra ingin segera mati setelah mengetahui Antonio Caesar bunuh diri?
Contoh-contoh di atas—dan begitu banyak contoh terkenal lainnya—mungkin dapat dianggap sebagai cara para pujangga dalam mendramatisasi kisah-kisah cinta yang mereka tulis, karena sad ending untuk epos cinta sepertinya berkesan lebih “agung” dibanding happy ending yang “terlalu biasa”. Tetapi, di dalam kehidupan nyata ini (maksudnya di luar kisah-kisah drama cinta yang terkenal itu), ada banyak orang yang memang sampai bunuh diri—atau ingin bunuh diri—karena cinta.
Kenal dengan salah satu musik terindah di dunia berjudul Claro de Luna? Ini adalah sonata yang digubah oleh Beethoven, sebuah musik yang amat melankolis yang sengaja dipersembahkan si jenius ini untuk pujaan hatinya, Giulietta Guiepiardi. Tetapi, kemudian Beethoven menyadari bahwa ternyata cewek yang amat dicintainya itu telah menikah dengan orang lain—dan Beethoven pun merasa dunianya runtuh, dia ingin mengakhiri hidupnya, dan desakan untuk bunuh diri itu bahkan menguasai hidupnya sampai bertahun-tahun.
Ada orang yang ingin bunuh diri atau bahkan sampai bunuh diri karena cemburu atau patah hati, ada yang bunuh diri bersama kekasihnya karena cinta yang tak direstui orangtua, ada pula orang yang bunuh diri dengan “mengajak” anak-anaknya karena begitu cintanya pada si anak dan tak ingin terpisahkan dengan mereka.
Orang bunuh diri karena perasaan cinta—atau semata-mata karena cinta—memang terkesan tidak masuk akal. Tetapi itu adalah fakta-fakta yang terjadi, yang mau tak mau harus diterima sebagai kenyataan yang memang benar-benar ada.
Jadi, mengapa mereka sampai bunuh diri “hanya” karena cinta?
Pertanyaan ini telah ditanyakan semenjak seribu tahun yang lalu, dan dari pertanyaan itulah kemudian terungkap bahwa cinta memang bisa menjadi penyebab dari ketidakberesan mental. Salah satu pakar yang mempercayai hal ini adalah Ibnu Sina (Avicenna), seorang ilmuwan muslim yang hidup antara tahun 980 sampai 1037.
Menurut Ibnu Sina, ada pertalian yang erat antara jiwa (psikis) dan raga dalam kaitannya dengan cinta—dan ilmuwan inilah yang pertama kali memperkenalkan ilmu pengobatan psikosomatik kepada dunia. (Psikosomatik: Orang-orang yang menganggap diri mereka sakit, dan bahkan memperlihatkan gejala-gejala, tetapi sebenarnya tidak menderita suatu penyakit).
Dalam salah satu buku yang ditulisnya, Ibnu Sina menceritakan bahwa ada orang yang sampai sakit parah karena perasaan cintanya kepada seseorang.
Berabad-abad yang lalu, ketika hubungan antar lawan jenis belum “semudah” sekarang, ada seorang cowok yang menderita suatu penyakit aneh. Tubuh cowok ini kian hari kian melemah, dan ia semakin kehilangan selera makan, bahkan kemudian juga kehilangan selera hidup. Para tabib yang ada pada masa itu telah diundang untuk menyembuhkan si cowok, namun tak ada satu tabib pun yang dapat mengobatinya. Sementara makin hari tubuh cowok ini pun makin lemah dan makin melemah.
Sampai kemudian Ibnu Sina didatangkan untuk mendiagnosa penyakitnya, dan yang dilakukannya adalah memegangi urat nadi di tangan si cowok untuk merasakan denyutnya. (Pada jaman sekarang mungkin metode ini dapat disamakan dengan stetoskop yang digunakan dokter untuk memeriksa denyut jantung pasien).
Baca lanjutannya: Ini Penyebab Orang Sampai Bunuh Diri karena Cinta (2)