Ini Penyebab Pelet Tidak Perlu Terlalu Dipercaya (3)
https://www.naviri.org/2015/12/ini-penyebab-pelet-tidak-perlu-terlalu_92.html
Naviri.Org - Karena pelet bekerja dengan kekuatan getaran, maka getaran itu kemudian berhadapan dan dilawan oleh kekuatan getaran lain, yakni getaran cinta yang tulus dari Yuni terhadap kekasihnya. Ketika pelet itu datang dan berencana masuk ke dalam diri Yuni, kekuatan dari zat penolak di dalam diri Yuni pun segera mengenali “pengaruh asing” itu dan sekuat tenaga akan menolaknya. Karena cinta yang dibangun Yuni bersama kekasihnya adalah cinta yang tulus, maka kekuatan itu pun menjadi stabil dan tak bisa ditembus. Apa yang terjadi kemudian?
Yang biasanya terjadi, pelet yang dilancarkan oleh si cowok terhadap Yuni itu berbalik fungsi dan berubah menjadi kebencian. Karena zat penolak di dalam diri Yuni mengenali bahwa pelet yang datang itu suatu pengaruh asing yang jahat (berlawanan dengan perasaan cinta tulus Yuni terhadap kekasihnya), maka psikis Yuni pun segera mendaftarkan zat asing bernama pelet itu di dalam “katalog hal-hal yang perlu dibenci”.
Sebagaimana tubuh yang sehat dan kuat akan membenci pengaruh flu dan racun di balik debu-debu, begitu pula kepribadian yang kuat dan stabil akan membenci pengaruh buruk apapun yang dicoba dipaksakan masuk ke dalamnya.
Ketika hal semacam itu yang terjadi, bisa saja Yuni kemudian merasakan suatu perasaan benci terhadap sosok cowok yang telah mencoba memelet dirinya itu. Barangkali Yuni tidak memahami atau tidak mengetahui mengapa ia bisa membenci orang itu—namun psikisnyalah yang mendorongnya untuk membenci sosok itu.
Alasan ketiga mengapa pelet sebaiknya tidak perlu terlalu dipercaya adalah karena pelet mungkin saja akan berhasil—namun ia menyimpan bahaya laten.
Ingat kembali tentang zat antibodi di dalam tubuh kita. Ketika sebuah zat asing (pelet) masuk ke dalam psikis kita, maka zat penolak di dalam diri kita pun mulai bereaksi untuk melawan. Karena mungkin pelet itu memang kuat—atau mungkin kepribadian kita yang tidak stabil—pelet itu pun kemudian menang dan zat penolak di dalam diri kita berhasil ditekan.
Apa yang terjadi? Zat antibodi di dalam tubuh kita tidak pernah berhenti bekerja, begitu pula dengan zat penolak yang ada di dalam diri psikis kita. Zat antibodi di dalam diri kita tahu betul bahwa setiap kuman yang masuk selalu dapat bermutasi hingga memiliki kekuatan yang berlebih—dan itulah mengapa zat antibodi di dalam diri kita pun “selalu rajin belajar” agar selalu dapat melawan zat asing yang masuk. Ketika sebuah pelet berhasil menang melawan zat penolak di dalam diri kita, maka zat penolak itu tidak terbunuh, tetapi hanya berhasil ditekan untuk mengendap di dalam bawah sadar.
Rahasianya adalah ini. Pelet tidak dapat bekerja secara permanen, ia hanya dapat menyerang dan berhasil secara temporer. Karenanya, orang yang bekerja dengan pelet selalu berusaha untuk memperbarui peletnya agar kekuatan yang ada dapat terus berfungsi.
Sementara waktu berlalu dan pelet terus diperbarui, zat penolak yang tertekan di bawah sadar itu juga terus melakukan mutasi karena tugasnya memang menolak zat asing tersebut. Semakin lama ia ditekan, semakin kuat pula kuasanya yang tersimpan. Kelak, ketika zat penolak ini memiliki celah atau kesempatan untuk menyerang, maka efek yang terjadi dapat benar-benar sesuatu yang fatal—dan di sinilah bahaya latennya.
Agar penjelasan ini tidak terkesan ruwet sekaligus ribet, kita gunakan contoh kasus lagi.
Di dunia prostitusi banyak fenomena semacam ini, dan kau pun mungkin sudah berkali-kali mendapati berita menyangkut hal ini—hanya saja mungkin belum sampai memikirkan sesuatu yang ada di baliknya. Pernah membaca berita tentang PSK yang membunuh pelanggannya hanya karena si pelanggan berganti PSK lain? Atau liputan di televisi yang menyiarkan berita tentang lelaki yang membunuh PSK hanya karena lelaki ini mendapati si PSK menerima tamu lelaki lain? Pernahkah kau memikirkan sejenak dan mendapati bahwa sebenarnya kejadian-kejadian itu tidak masuk akal…?
Apa yang terjadi? Salah satu penjelasannya, ada kekuatan yang “tak masuk akal” yang kemudian menggerakkan kejadian-kejadian yang “tak masuk akal” itu, dan salah satu jawaban yang logis adalah karena pelet itu tadi.
Baca lanjutannya: Ini Penyebab Pelet Tidak Perlu Terlalu Dipercaya (4)